Sabtu, 17 Februari 2018

manajemen ternak sapi potong

MANAJEMEN TERNAK SAPI POTONG

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Usaha peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong. Penyebaran ternak sapi di negara kita belum merata. Ada beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatas populasinya. Tentu sajahal ini ada beberapa faktor penyebab, antara lain faktor pertanian dan kepadatan penduduk, ilim dan budaya aklimatisasi, serta adat istiadat dan agama.
Faktor pertanian dan penyebaran penduduk di Indonesia menentukan penyebaran usaha ternak sapi. Masyarakat petani yang bermata pencaharian bertani tidak bisa lepas dari usaha ternak sapi, baik untuk keperluan tenaga, pupuk, atau lain sebagainya. Sebab, sapi merupakan kawan baik petani dalam rangka pengolahan tanah pertanian. Kehidupan maju mundurnya ternak sapi selama ini tergantung pada usaha pertanian. Karena adanya usaha pertanian yang lebih maju berarti akan menunjang produksi pakan ternak berupa hijauan, hasil ikutan pertanian berupa biji-bijian atau pakan penguat, yang kesemuanyasangat diperlukan sapi.
Ternak sapi, khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya didalam kehidupan masyarakat.seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, dan tulang. Tata cara pengaturan pemeliharaan ternak potong ini dimulai dari tempat cara pemilihan bibit, tempat berproduksi/ kandang, cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tatalaksana pemeliharaan.

Tujuan
Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.
Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.
Mengetahui manajemen produksi pada sapi potong.
Mengetahui manajemen pengendalian penyakit pada sapi potong.
Mengetahui manajemen pasca panen dan pemasaran pada usaha sapi potong.
BAB II
PEMBAHASAN

Manajemen Pemeliharaan Pedet
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Biit sapi potong yang bermutu akan membantu dalam keberhasilan usaha perkembangan sapi potong. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara.  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

1.      Penanganan Pedet pada saat lahir
 -  Bersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada dalam tubuhnya menggunakan handuk yang bersih.
- Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
-  Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.
- Berikan jerami kering sebagai alas.
- Beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir.
2. Pemberian Pakan Pedet
Pedet semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima.  Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.   Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta  induk sehat di satukan dalam kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas.  Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi.
Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih.  Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).  Pemberian calf starter ditujukan untuk  membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan.  Tolak ukur kualitas calf starter  yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun  waktu 8 minggu.  Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P,  2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen.  Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.  Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.

Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
Sapi dara dipelihara agar mencapai berat badan tertentu namun jangan sampai kegemukan. Metode penggembalaan sapi dara ada tiga,yaitu Diantaranya bersama induk, Tersendiri di lapangan untuk setiap sepuluh hari, Ditambat dilapangan atau di kandang. Pemberian Tanda, Penghilangan putting Berlebih, dan Penghilangan Tanduk. Jika heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat mrnimbulkan distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih mudah mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving. Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.

Tujuan Pembesaran Sapi Dara
Heifers atau sapi betina merupakan sapi betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali. Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :
a. Berasal dari turunan yang mempunyai produksi susu yang tinggi
b. Menunjukan pretumbuhan yang baik dan normal
c. Bebas dari cacat tubuh dan penyakit
  Pembesaran sapi dara untuk dijadikan calon induk ditujukan terhadap dua kepentingan, yaitu:
1) Pengganti Induk
Pada suatu usaha sapi sangat sering terjadi adanya pengeluaran (culling) sapi induk dalam setiap tahunnya yang mencapai prosentase 25%. Oleh karena itu, jumlah sapi dara yang akan dijadikan seagai induk pengganti (replacement stock) seharusnya disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah mortalitas yang mungkin terjadi pada sapi dara tersebut

2) Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha dengan cara menambah populasi induk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
  Membesarkan sapi dara yang berasal dari turunan sapi sendiri (self replacement).
  Membeli dari luar (new comer replacement).
Manajemen Perkandangan
 Kandang  merupakan salah satu unsur penting dalam suatu usaha peternakan, terutama dalam penggemukan ternak potong. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Kandang berfungsi sebagai lokasi tempat pemberian pakan dan minum. Dengan adanya kandang, diharapkan sapi tidak berkeliaran di sembarang tempat, mudah dalam pemberian pakan dan kotorannya pun bisa dimanfaatkan seefisien mungkin. Bangunan kandang yang baik harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman. Bangunan kandang diupayakan pertama-tama untuk melindungi sapi terhadap gangguan dari luar yang merugikan, baik dari sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin kencang. Selain itu, kandang juga harus bisa menunjang peternak dalam melakukan kegiatannya, baik dari segi ekonomi maupun segi kemudahan dalam pelayanan
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Kandang di daerah yang mempunyai suhu lingkungan agak panas (dataran rendah dan pantai) hendaknya dibangun lebih tinggi dari pada kandang yang ada di daerah pegunungan. Hal ini dimaksudkan agar udara panas di dalam ruangan kandang lebih bebas bergerak atau berganti sehingga dapat diperoleh ruang kandang cukup sejuk. Lantai kandang sebagai batas bangunan kandang bagian bawah, atau tempat berpijak dan berbaring bagi sapi pada sepanjang waktu, maka pembuatan lantai kandang harus benar-benar memenuhi syarat : rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan, atau awet. Bagian kandang yang juga harus diperhatikan adalah tempat pakan dan air minum. Tempat/bak pakan dapat dibuat dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 50 cm dan dalamnya 30 cm untuk setiap ekor dewasa. Tempat pakan diperlukan untuk efisiensi dan efektifitas pakan yang diberikan. Biaya pakan akan membengkak jika pakan yang diberikan tidak habis dimakan ternak tetapi hanya berserakan didalam maupun luar kandang.
Pemberian Pakan Sapi Dara
  Pada pemeliharaan intensif, hijauan dan makanan penguat, seperti jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, tetes, dll. Rumput dan hijauan diberikan 10% dari BB, sedangkan makanan penguat 2-3 kg per ekor. Pemberian makanan penguat 1-2 kali sehari dan hijauan 2-3 kali sehari, air minum adlibitum. Saat kemarau panjang + hijauan awetan : silase, hay atau jerami, dimana volume makanan penguat harus ditingkatkan.
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali per hari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya.
Untuk sapi dara lepas sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter (calf starter) mulai digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan komposisi pakan protein kasar lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70 %.
Adapun pemberian konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2 kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 % protein kasar. Apabila dalam pemeliharaanya berada pada kondisi tropis, makan perlu di tambahkan makanan penguat sebanyak 1-1,5 kg/ekor/hari, dan apabila hijauan jelek makan cukup sekali di beri konsentrat 2-3 kg/ekor/hari.
 Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

Reproduksi dan Manajemen Perawatan Sapi Dara
 Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan pertama seekor sapi dara tergantung pada 2 faktor utama yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan sapi dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
a.  Kesulitan melahirkan.
b. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu.
  Sapi dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15 - 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak.

Manajemen Pemeliharaan Sapi dewasa
Metode Pemeliharaan dan Penggemukan Sapi Potong (Sapi Bali) dengan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat.

1.      Sapi Betina Dewasa
      Mengawinkan Sapi.
Mengawinkan sapi merupakan pengetahuan yang memerlukan ketrampilan khusus, agar bisa diharapkan perkawinan sapi yang menghasilkan kebuntingan.
Hal-hal yang perlu dipahami antara lain :
  Umur siap kawin sapi betina, secara umum sapi akan mengalami dewasa kelamin (ditandai dengan birahi pertama) pada umur 1,5 – 2 tahun untuk sapi daerah tropis (bos Indicus/Bos Sondaicus) dan umur 8 – 12 bulan untuk sapi keturunan bos Taurus tergantung pada mutu pakan, iklim dan manajemen. Sedangkan dewasa tubuh sapi akan dicapai pada umur 2 – 2,5 tahun untuk sapi keturunan Bos Indicus dan 15 – 20 bulan untuk sapi Bos Taurus. Oleh sebab itu perkawinan pertama pada sapi harus menunggu dewasa tubuh terlebih dahulu.
  Masa birahi sapi betina, yang dimaksud birahi adalah keinginan sapi betina untuk kawin, dimana sapi betina secara umum setiap 21 hari (interval 18-24 hari) seklali akan mengalami birahi. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi adalah nafsu makan turun, tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar lendir yang berwarna transparan (bening), ada kalanya vulva tampak bengkak, merah (3 A = Abang Abuh Anget)
  Saat perkawinan yang tepat, Hal ini penting diketahui oleh peternak karena akan menentukan sapi tersebut bunting atau tidak. Prinsip pengetahuan ini adalah menyangkut lamanya periode estrus, lamanya siklus estrus dan perkiraan waktu ovulasi. Ovulasi akan terjadi 12-14 jam setelah tanda birahi nampak, maka waktu perkawinan yang optimal dilakukan sekitar 9 jam setelah berlangsung birahi sampai 6 jam sesudah birahi berakhir.

      Kebuntingan.
Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang biasa terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal kebuntingan sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi sedang bunting. Tanda-tanda kebuntingan sapi antara lain :
  Birahi berikutnya tidak muncul lagi.
  Adanya perubahan tingkah laku seperti : lebih tenang, tidak suka mendekat pejantan, nafsu makan meningkat, sering menjilat-jilat batu bata, tembok dan lain sebagainya.
  Pembesaran perut sebelah kanan jika usia kebuntingan sudah memasuki pertengahan.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari, tetapi juga ada yang lebih cepat atau lebih lama, Faktor yang mempengaruhi :
         Jenis kelamin pedet, pedet jantan sering kali lebih lama,
         Umur sapi, Sapi yang pertama kali bunting umumnya umur kebuntingannya lebih cepat.
  Sapi yang baru melahirkan, dapat dikawinkan kembali setelah 60 – 90 hari. Walaupun 6 minggu setelah melahirkan sapi sudah menampakkan birahi, akan tetapi tidak boleh dikawinkan terlebih dahulu untuk menunggu alat reproduksi (kandungan sapi) kembali normal sehabis melahirkan pedet.


      Makanan Sapi
Pemberian makanan pada sapi potong berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energisehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kebutuhan makanan akan meningkat selama ternak masih dalam pertumbuhan dan pada saat kebuntingan.
Pemberian makanan pada sapi potong yang secara ekonomis dan teknis memenuhi syarat, dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
 Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan makanan minimal, meski ternak dalam keadaan hiduptidak mengalami pertumbuhan dan kegiatan. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi maka ternak secara alamiah akan mencukupi dengan zat-zat makanan yang ada pada jaringan tubuhnya.
 Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang akan dibuat untuk memproduksi jaringan tubuh, dan menambah berat tubuh. Jadi zat makanan diperlukan untuk meningkatkan berat tubuh, setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
 Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.

2.      Sapi Jantan Dewasa
Sapi potong untuk jantan dewasa, biasanya akan di seleksi, dan apa bila telah dilakukan seleksi maka akan  di bagi dalam 2 kelompok yaitu:
a.       Sapi jantan yang diseleksi atau akan digunakan sebagai pejantan.
Biasanya sapi jantan ini meruakan sapi yang memiliki keunggulan baik dari fisik, genetic dan kualitas spermatozoanya baik dan layak untuk di jadiakan pejantan unggul, yang akan menciptakan kualitas bibit yang unggul pula.
b.      Sapi jantan yang akan di gemukan.
Sapi potong jantan ini akan di pelihara khusus untuk di ambil produksi dagingnya, karena di nilai kurang memiliki kualitas yang baik untuk di jadikan pejantan.  Sapi-sapi ini biasanya akan di keberi (kaltrasi).
Kastrasi adalah usaha mematikan sel kelamin gengan jalan operasi dan mengikat atau memutus saluran sperma ataupun memasukkan bahan kimia dengan cara injeksi agar alat reproduksi tidak berfungsi. Tujuannya adalah Supaya sapi lebih jinak, mudah dikuasai, mutu daging dan laju pertumbuhan meningkat. Manfaatnya adalah sapi yang memiliki sifat jelek tidak akan menurunkan atau mengembangkan sifat jelek sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan.
Dehorning yaitu mematikan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang atau memotong tanduk yang sudah terlanjur tumbuh panjang. Tujuannya adalah untuk menghindarkan bahaya penandukan terhadap peternak ataupun sesama ternak.

 Manajemen Pengendalian Penyakit
Penyakit merupakan hal yang sangat merugikan dalam usaha ternak sapi potong, baik usaha pembibitan maupun penggemukkan. Oleh karena itu usaha pencegahan dan pengendalian penyakit sangat diperlukan agar sapi yang dipelihara tetap sehat.


Tanda-tanda sapi sehat adalah sebagi berikut:
Nafsu makan besar dan agakrakus
Minum teratur (kurang lebih 8 kali sehari)
Mata merah, jernih dan tajam, hidung bersih, memamah biak bila istirahat
Kotoran normal dan tidak berubah dari hari kehari
Telinga sering digerakkan, kaki kuat, mulut basah
Temperatur tubuh normal (38,5-39) C dan lincah
Jarak/siklus berahi ternak teratur (terutama sapi betina/induk)
Tanda-tanda sapi sakit adalah:
 Mata suram, cekung, mengantuk, telinga terkulai
Nafsu makan berkurang, minumnya sedikit dan lambat
Mata Kotoran sedikit, ,mungkin diare atau kering dan keras
Badan panas, detak jantung dan pernapasan tidak normal
Badan menyusut, berjalan sempoyongan
Kulit tidak elastis, bulu kusut, mulut dan hidung kering
Temperatur tubuh naik-turun
Dalam peternakan sapi potong ada berbagai macam jenis penyakit, baik itu yang disebabkan manajemen yang kurang baik, bakteri, virus, parasit dan agen penyebab penyakit yang lain.
Pengendalian penyakit yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.
Berikut ini adalah berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit pada sapi :
a)   Pemanfaatan kandang karantina. Sapi potong bakalan yang baru saja di datangkan ada baiknya dipisahkan terlebih dahulu atau dikarantina. Hal tersebut bertujuan untuk memonitoring keadaan sapi sapi baru tersebut, dan juga sebagai cara untuk mebuat sapi beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.Waktu karantina sapi sekitar satu minggu. Pada saat dikarantina, disarankan sapi diberi obat cacing.
b)   Selalu menjaga kebersihan kandang sapi potong. Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
c)   Vaksinasi bisa diberikan terhadap sapi potong baru, khususnya untuk berbagai penyakit menular pada sapi. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat hewan berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi penyakit antraks.
Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang umumnya dilakukan adalah pemberian obat cacing. Penyakit cacing tidak membahayakan, namun kerugian yang ditimbulkan cukup besar, karena meskipun ternak diberi pakan dengan kualitas yang baik, pertumbuhannya terhambat.
Pada beberapa daerah basah, rumput yang tumbuh (padang rumput) biasanya telah tercemar oleh telur-telur atau bibit-bibit cacing, sehingga perlu dilakukan pemberian obat cacing pada ternak yang mengkonsumsinya. Berbagai obat cacing yang sering digunakan adalah rintal boli, valbazen, dan lain sebagainya.
Manajemen Pasca Panen

Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1.   Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak.Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
 Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.

Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut. Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 % Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
Manajemen Pemasaran

Pemasaran hasil sapi potong selain dipasarkan sebagai sapi potong berupa produk daging, juga sering dijual dalam keadaan hidup dan sebaiknya memilih standar harga per kilogram berat hidup. Hasil panen ternak sapi potong dapat berupa daging dan kulit serta hasil sampingnya berupa pupuk tau gas bio.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi potong
Usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan sapi potong perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
 Lama/waktu yang digunakan untuk menggemukkan sapi potong berkisar antara 3-6 bulan sesuai umur dan kondisi sapi pada waktu mulai penggemukan
  Minimal satu bulan terakhir sebelum dipasarkan dari pemberian ransom konsentrat ditingkatkan dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan pakan hijauan dikurangi dari pemberian biasa dan penggunaan anti biotik dan chemotropic diharapkan memperhatikan withdraw (waktu henti obat).
 Dilarang memperjual belikan daging yang berasal dari sapi potong selama pengobatan anti biotika atau hormon untuk konsumsi manusaia, kecuali apablia ternak tersebut dipotong sesuai ketetuan atau standar Withdrawaltime obat yang digunakan.
  Berat sapi potong siap jual minimal : lokal 250 kg dan persilangan/impor 350 kg Umur dan berat badan, usia sapi charolasi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. Disini kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah cukup bagus.
Pada di usia ini sudah muncul gejala fatt (perlemakan) dan pada usia di bawah usia ideal penggemukan biasanya lebih lambat proses gemuknya dikarenakan selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat yang baru, pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit. Variable berat tubuh, sapi tergantung dari jenis ras sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis charolais dan Simmental maupun silangannya dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg, sedang sapi PO murni hanya kisaran 185-275 kg. naha dari sini nantinya kita akan mulai berhitung tentang teknis penilaian ideal mengukur system pemeliharaaan dan transaksi jual beli.
Masa pemeliharaan, sapi yang akan digemukkan dengan masa panen jangka pendek (k.1 100 hari) pilihlah jenis charolais, karena sapi tersebut akan mampu bertambah minimal 100 kg saat panen. Namun kalau yang diinginkan masa panen jangka menengah dan panjang (k.1 250 hari hingga lebih dari 1 tahun) disarankan bahwa 350 kg. kebanyakan peternak yang berpola seperti ini biasanya untuk investasi, pemurnian genetic induknya atau bahkan sebagai hewan kesayangan.



Segmen Penggolongan Konsumen Daging Sapi
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.

Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
 Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan  dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
 Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
 Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu:
 a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi     peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan.
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut :
Pada setiap jenjangan umur ternak, manajemen pemeliharaannya dapat berbeda – beda sesuai kebutuhan ternak.
Setiap jenjangan umur ternak sapi potong harus dilakukan manajemen pemeliharaan yang baik agar tingkat produksi ternak potong tinggi.
Dalam usaha tani sapi potong, ada beberapa tahap untuk menghasilkan sapi dengan produktifitas tinggi, diantaranya yaitu dari manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, manajemen reproduksi, manajemen pengendalian penyakit, manajemen pasca panen serta pemasarannya.


Daftar Pustaka


Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan  Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Yogyakarta : Kanisius
Ngadiyono nono. 2007. Beternak Sapi. Yogyakarta : Citra Aji Pratama.
Nafiah, A. 2013. Usaha Tani Sapi Potong. https://alfia09.wordpress.com/2014/04/16/usaha-tani-sappi-potong/. Diakses pada tanggal 29 maret 2016.
 Purwaningsih, L.D. 2014. Manajemen Ternak Potong. Lindadewipurwaningsih.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 29 maret 2016.
Sudarmono, A.S dan Y. Bambang S. 2008. Sapi Potong. Jakarta : Penebar Swadaya.
Setyaningrum, A, dkk. 2003. Manajemen Ternak Potong. Purwokwrto : Unsoed.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar