Latar Belakang
Reproduksi merupakan proses penting bagi semua bentuk kehidupan. Tanpa melakukan reproduksi tak satu spesies pun di dunia ini yang mampu hidup lestari, begitu pula dengan hewan ternak baik betina maupun jantan.
Reproduksi merupakan suatu proses perkembangbiakan pada ternak yang diawali dengan bersatunya sel telur (ovum) dengan sel sperma sehingga terbentuk zigot kemudian embrio hingga fetus dan diakhiri dengan apa yang disebut kelahiran. Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni ovum dan spermatozoa. Ovum sendiri dihasilkan oleh ternak betina melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap perkembangan folikel, sedangkan spermatozoa diproduksioleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis.
Sistem reproduksi akan akan berfungsi bila hewan ternak sudah memasuki dewasa kelamin. Setelah memasuki dewasa kelamin, alat – alat reproduksinya akan mulai berkembang dan proses reproduksi dapat berlangsung baik ternak jantan maupun betina.
Organ Reproduksi Jantan
Alat reproduksi jantan dipelajari karena menyangkut proses keberlangsungan kehidupan. Hewan ternak bereproduksi secara seksual melalui proses kopulasi menggunakan alat reproduksi jantan yaitu penis yang berfungsi mengeluarkan spermatozoa. Organ lain dari alat reproduksi jantan yaitu testis, epididymis, vas deferen, urethra, dan glandula aksesoris.
Testis
Testis sebagai organ kelamin primer berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan menskresikan hormon testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubulus simeniferus atas pengaruh FSH (follicle stimulating hormone), sedangkan testosteron diproduksi oleh sel – sel interstitial dari leydig atas pengaruh ICSH (intertitial cell stimulating hormone).
Testis agak bervariasi dari spesies ke spesies dalam hal bentuk ukuran dan lokasi, tetapi struktur dasarnya adalah sama. Tubulus simeniferus dikelilingi kapsul serabut atau trabekula melintang masuk dari tunika albugenia untuk membentuk kerangka. Trabekula ini bergabung membentuk korda fibrosa yaitu mediastinum testis. Rete testis terdiri dari saluran – saluran yang berantomose dalam mediastinum testis.
Semasa janin masih di dalam kandungan, testis terletak di daerah sub lumbar dan kemudian menurun melalui saluran inguinalis memasuki skrotum menjelang kelahiran. Apabila terjadi kelainan dan testis tidak turun satu buah disebut monorkidi, dan bila keduanya tidak turun disebut kriptorkidi.
Skrotum
Skrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Kulit skrotum adalah tipis, lembut dan relatif kurang berambut. Selapis jaringan fibroelastik bercampur dengan serabut otot polos disebut tunika dartos terdapat di sebelah dalam dari kulit pada cuaca dingin. Serabut otot tersebut berkontraksi dan membantu mempertahankan posisi dinding abdominal. Lapisan luar dari peritoneum penutup testis adalah tunika vaginalis komunis.
Epididymis
Epididymis merupakan suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian yaitu kepala, badan dan ekor. Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak membentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Corpus epididymis (badan) yaitu bagian bawah ????
Epididymis merupakan pipa apnjang dan berkelak – kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens (vas deferens). Spermatozoa bergerak dari tubulus simeniferus lewat ductus deferens menuju kepala epididymis. Spermatozoa belum masak ketika meninggalkan testikel dan harus mengalami periode pemasakan spermatozoa. Epididymis berfungsi sebagai tempat pemasakan spermatozoa sampai pada saat spermatozoa dikeluarkan dengan ejakulasi.
Ductus Deferens
Ductus deferens adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epididymis ke urethra. Kedua ductus deferens terletak di sebelah vesica urinaria lambat laun menebal dan membesar membentuk ampula ductus deferens.
Kelenjar kelamin tambahan
Kelenjar Vesikularis
Kelenjar vesicularis mensekresikan cairan keruh dan lengket yang mengandung protein, kalium asam sitrat, fruktosa dan beberapa enzim yang konsentrasinya tinggi yang berwarna kuning karena mengandung flavin dengan pH berkisar 5,7 sampai 6,2. Sekresi kelenjar vesikularis membentuk 50% dari volume ejakulasi.
Kelenjar Prostata
Kelenjar prostate adalah kelenjar yang tidak berpasangan yang kurang lebih mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar prostate dapat menjadi lebih besar dan berhubungan dengan system uriner. Kelenjar ini menghasilkan sekresi alkalin yang membantu memberikan bau yang karakteristik pada cairan semen. Ekskresi kelenjar prostat hanya sebagian kecil yang menyusun pada cairan semen.
Kelenjar Bulboretralis atau cowperi
Kelenjar bulboretralis terdapat sepasang yang berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal dan pada sapi sedikit lebih kecil dari pada kelenjar cowperi kuda. Kelenjar cowperi terletak di atas urethra yang terletak didekat jalan keluarnya cavum pelvis. Saluran sekretoris dari setiap kelenjar bergabung membentuk satu saluran ekskretoris yang panjangnya 2 sampai 3 cm. sekresi kelenjar cowperi pada cairan semen hanya sedikit sedangkan pada sapi sekresi kelenjar cowperi membersihkan sisa – sisa urine yang ada dalam urethra sebelum terjadi ejakulasi.
Urethra
Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya ampula ductus deferens sampai pangkal penis. Urethra berfungsi sebagai saluran kencing dan semen. Pada saat ejakulasi terjadi percampuran yang kompleks spermatozoa yang padat asal vas deferens dan epididymis denga cairan sekresi dari kelenjar – kelenjar tambahan dalam urethra yang berada di daerah pelvis menjadi semen. Urethra di bedakan atas 3 bagian, yakni bagian pelvis, bulbus urethralis dan bagian penis.
Penis
Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu glands, bagian badan dan akar. Pada sapi, domba,kambing dan babi, penis mempunyai bagian yang berbentuk huruf “S” (simoid flexure) sehingga penis dapat ditarik dan berada total di dalam tubuh.
Penis mempunyai tugass ganda yaitu pengeluaran urine dan peletakan semen ke dalam reproduksi betina. Menurut tipenya penis dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Tipe muskulokavernosus yang terdapat pada golongan anjing, kuda, primata, dll.
Tipe fibroelastis yang terdapat pada sapi, domba, kambing, babi, rusa dan kerbau.
Pemukaan penis terutama glands sangat kaya dengan syaraf. Oleh karena itu, bagian ini sangat peka terhadap segala rangsangan seperti panas, dingin atau sakit. Hal ini penting diperhatikan terutama pada waktu pengambilan air mani seekor pejantan dengan memakai vagina buatan. Perlakuan yang kasar dari vagina buatan dapat mengakibatkan terganggunya proses ejakulasi, sehingga air mani yang dihasilkan sangat berkurang. Suhu yang tepat dan permukaan vagina yang licin harus diperhatikan dari pengambilan air mani dengan memakai vagina buatan.
Praeputium
Praeputium adalah suatu invagansi dari kulit yang menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi penis dari pengaruh luar dan kekeringan. Praeputium dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian prepenile atau lipatan luar dan bagian penile atau lipatan dalam. Sekitar lubang praeputium ditumbuhi oleh rambut panjang dan kasar. Pada penampungan semen dalam program IB, perlu diadakan pencukuran terhadap bulu ini untuk menjaga agarsemen tidak tercemar oleh kotoran yang kemungkinan besar menempel pada bulu tersebut.
Organ Reproduksi Betina
Secara anatomi, alat kelamin betina dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu :
Ovarium, merupakan organ reproduksi utama. ovarium menghasilkan ovum, sehingga biasa disebut indung telur.
Saluran – saluran reproduksi betina terbagi menjadi: tuba falopi atau oviduct, uterus, serviks dan vagina.
Alat reproduksi bagian luar terdiri atas klitoris dan vulva.
Ovarium atau Gonad
Ovarium merupakan organ reproduksi utama karena ovarium menghasilkan ovum dan hormone – hormone kelamin betina seperti estrogen dan progesteron.
Ovarium pada sapi memiliki sepasang yang terletak di belakang ginjal kanan dan kiri. Ovarium berbentuk bulat telur atau pipih dan menyerupai biji almond. Pada semua mamalia mempunyai sepasang ovarium dan mempunyai ukuran yang berbeda – beda tergantung pada spesies, umur dan masa reproduksi betina. Bentuk ovarium tergantung pada golongan hewan:
Pada golongan hewan yang melahirkan beberapa anak dalam satu kebuntingan disebut polytocous, ovarium nya berbentuk seperti buah murbei, contoh: babi, anjing, dll.
Pada golongan hewan yang melahirkan satu anak dalam satu kebuntingan disebut monotocous, ovarium nya berbentuk bulat panjang oval, contoh: sapi, kerbau.
Ovarium mengandung folikel – folikel yang di dalam nya terdapat masing – masing satu ovum. Pembentukan dan pertumbuhan folikel ini dipengaruhi oleh hormone FSH (follicle stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. Folikel di dalam ovarium terdiri dari beberapa tahap yaitu folikel primer yang terbentuk sejak masih dalam kandungan, folikel sekunder yang terbentuk setelah hewan lahir dan sel folikuler nya lebih banyak, folikel tertier yang terbentuk saat hewan mencapai dewasa dan mulai mengalami siklus birahi, folikel de graaf yang merupakan folikel terbesar pada ovarium pada waktu hewan betina menjelang birahi.
Folikel de graaf iniilah yang akan siap diovulasikan dan jumlahnya hanya satu karena sapi merupakan hewan monotokosa yang menghasilkan satu keturunan setiap kebuntingan. Peristiwa ovulasi diawali dengan robeknya folikel de graaf pada bagian stigma dipengaruhi oleh hormon LH (luteinizing hormone) yang dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise. LH menyebabkan aliran darah di sekitar folikel meningkat dan menyebabkan dinding folikel pecah. Bekas tempat ovum yang baru keluar disebut corpus haemorragicum yang dapat kemasukan darah akibat meningkatnya aliran darah dan menjadi merah, setelah itu terbentuk corpus luteum yang akan menghasilkan hormone progesterone untuk mempertahankan kebuntingan dan menghambat prostaglandin. Sehingga pada saat bunting tidak terjadi ovulasi karena prostaglandin yang mempengaruhi hormone estrogen dan FSH.
Tuba Fallopi atau Oviduct
Tuba fallopi adalah saluran yang berpasangan dan berkonvolusi yang menghantarkan ovum dari ovarium menuju uterus. Tuba fallopi digantung oleh suatu ligamentum yaitu mesosalpink yang merupakan saluran kecil yang berkelok – kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus.
Fungsi dari tuba fallopi antara lain :
Sebagaialat transportasi bagi ovum dan spermatozoa dalam arah berlawanan ke tempat pembuahan.
Sebagai kelenjar yang menyediakan makanan untuk ovum.
Kapasitasi spermatozoa.
Tempat terjadinya pembuahan.
Transport yang telah dibuahi (zigot) menuju uterus.
Tuba fallopi dibagi menjadi 3 bagian. Pertama infundibulum yaitu ujung tuba fallopi yang letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum memiliki mulut dengan bentuk berjumbai yang berfungsi untuk menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium. Mulut infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada ovarium sehingga pada saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan lubang infundibulum yang dilewati ovum menuju uterus disebut ostium. Bagian kedua yaitu ampula. Ampula ini merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Sel spermatozoa akan menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Paanjang ampula kurang lebih sepertiga sampai setengah dari seluruh panjang tuba fallopi. Sebagian besar sel – sel pada mukosa ampula adalah bersilia, selain itu juga ditemukan sel – sel sekretori. Bagian ketiga yaitu isthmus. Batas antara ampula dengan isthmus disebut ampullary isthmicjunction. Tempat ini sulit ditemukan secara anatomi, namun demikian dapat dinyatakan bahwa ditempat ini terjadi hambatan secara fisiologis dimana ovum tertunda beberapa jam dalam perjalanannya menuju tempat pertemuan dengan spermatozoa. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornua sehingga di antara keduanya dibatasi oleh utero tubaljunction.
Uterus
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu cornua uteri, corpus uteri dan cerviks. Cornua uteri berjumlah 2 dan menyerupai tanduk melengkung dan merupakan bagian yang berhubungan dengan tuba fallopi. Corpus uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk PGF 2 alfa.
Bentuk – bentuk uterus ada 4 yaitu :
Uterus bicornua : cornua uteri sangat panjang tapi corpus uteri sangat pendek. Contoh : babi.
Uterus bipartinus : corpus sangat panjang dan diantara kedua cornua terdapat penyekat. Contoh : pada sapi cornuanya membentuk spiral.
Uterus duplex : cerviks nya terdapat dinding penyekat. Contoh :kelinci, marmut.
Uterus simple : bentuknya seperti buah pir. Contoh : manusia, primate.
Fungsi dari uterus yaqitu :
Saluran yang dilewati gamet (spermatozoa).
Tempat terjadinya implantasi (penempelan embrio).
Tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Berperan pada proses kelahiran.
Pada betina tidak bunting berfungsi mengatur siklus estrus dan fungsi corpus luteum dengan memproduksi PGF 2 alfa.
Cerviks
Serviks merupakan bagian dari alat reproduksi yang berdinding tebal dengan panjang 5 – 10 cm dari tempat sambungan dengan uterus kea rah belakang yangberkesinambungan dengan vagina yang berdinding tipis. Fungsi utama dari cerviks yaitu menutup lumen uterus sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad - jasad mikroskopis maupun makroskopis ke dalam uterus dalam proses birahi proses birahi, dengan mengeksresikan mukosa yang melewati vulva, membantu saat proses kebuntingan dengan mampu menutup dengan ketat dengan satu sumbat lender. Selama birahi dan kopulasi, serviks berperan sebagai masuknya semen. Kemudian jika terjadi kebuntingan, serviks akan tertutup sempurna guna melindungi fetus. Beberapa saat sebelum kelahiran, pintu serviks terbuka dan mengembang hingga fetus dan membrane dapat melaluinya pada saat kelahiran.
Vagina
Vagina adalah organ reproduksi betina yang terletak di dalam pelvis di antara uterus dan vulva. Vagina memiliki membrane mukosa disebut epitel squamosal berstrata yang tidak berkelenjar tetapi pada sapi berkelenjar pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa sel mukosa yang berdekatan dengan serviks.
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu portio vaginalis cervicis atau vagina yang sebenarnya, terletak di bagian dalam dan berhubungan langsung dengan cerviks. Yang kedua yaitu vestibulum vagina, yaitu bagian vagina yang terletak disebelah luar dan berhubungan langsung dengan vulva. Kedua bagiantersebut dibatasi oleh orificium urethra externum. Dibagian ini terdapat suatu lapisan selaput lender yang melintang dan disebut hymen.
Dinding vagina memiliki tiga lapis yaitu tunika mukosa – submukosa, tunika muskularis dan tunika adventisia atau serosa. Mukosa vagina memiliki epitel pipih banyak lapis yang meningkat tebalnya selama praestrus dan estrus. Pada daerah kranial vagina sapi betina, lapisan permukaan dengan sel – sel silinder dan sel mangkok terdapat pada epitel pipih banyak lapis.
Fungsi dari vagina adalah sebagai alat kopulasi dan tempat sperma dideposisikan, sebagai saluran keluarnya sekresi cerviks, uterus dan tuba falopi, dan sebagai jalan peranakan saat proses beranak. Vagina akan mengembang agar fetus dan membrane dapat keluar pada waktunya.
Vulva
Vulva merupakan alat reproduksi betina bagian luar termasuk klistoris dan vestibulum. Bagian ini memiliki syaraf perasa yang memegang peranan penting saat kopulasi. Vestibulum vulva berfungsi ganda, selain berfungsi sebagai saluran reproduksi, juga sebagai saluran urinaria. Vulva dan klistoris secara embriologik homolog dengan scrotum dan penis. Pada permukaan vulva terdapat banyak kelenjar sebaceous, yang mengandung lawan jenis untuk menciumnya. Sewaktu terjadi peristiwa ini, ujung – ujung perasa yang banyak terdapat pada seluruh alat kelamin bagian luar jadi terangsang sehingga dapat membantu terjadinya kopulasi. Klistoris terletak di bagian ventral dari vestibulum vulva, karena mempunyai unsur cavernous seperti yang ada pada penis, klistoris juga bias berereksi sewaktu hewan birahi, sedangkan vulva juga bisa menjadi tegang karena menumpuknya aliran darah ke daerah bagian yang tegang tersebut.
Siklus Estrus
Estrus adalah periode aktivitas reproduksi yang bervariasi dipengaruhi oleh hormone trofik adenohipofisis. Estrus dibagi menjadi 5 periode secara kontinyu yaitu :
Proestrus : peningkatan pertumbuhan folikel di bawah pengaruh FSH mulai produksi estrogen meningkat dan progesterone menurun.
Ovarium : tanggap terhadap FSH, folikel tumbuh cepat, mulai aktivitas sekresi estrogen.
Uterus : epitelium permukaan hipertrofi, glndula uterine lurus, jaringan ikat vaskularisasi dan kongesti, terjadi hemoragi, heterofil menembus epitelium permukaan.
Vagina : epitelium permukaan kornifikasi, batas sitoplasma yang membulat digantikan tepi yang lurus, inti piknotik dan mungkin menghilang. Ditengah - tengah proestrus, eritrosit banyak macam bakteri ditemukan bebas.
Estrus : ditandai pengaruh puncak estrogen pada organ reproduksi.
Ovarium : folikel masak, sekresi estrogen maksimum, sekresi FSH turun dan sekresi LH meningkat.
Vagina : epitelium kornifikasi dengan tepi sel piknotik. Pada estrus akhir sel epit tanpa inti, jumlah eritrosit berkurang, berbagai bakteri ditemukan, debris sel banyak, neutrofil muncul lagi 1-2 hari sebelum diestrus.
Maestrus : tahap peralihan estrogen menurun dan progesterone mulai naik.
Ovarium : corpus luteum berkembang, sekresi progesterone mulai naik.
Uterus : hiperplasi kelenjar berlanjut, kelenjar bberkelok, aktivitas sekresi berlanjut, terjadi hemoragi, banyak eritrosit pada hemoragi di bawah sel epit, permukaan, sel permukaan dan sel kelenjar bentuk kolumner atau kuboid.
Diestrus : dipengaruhi hanya progesteron, fertilisasi ovum di ikuti kebuntingan yang merupakan diestrus panjang.
Ovarium : corpus luteum dan sekresi progesteron maksimum, bila tidak bunting corpus luteum involusi dan degenerasi menjadi corpus albikans pada akhir diestrus, bila bunting corpus luteum maksimum.
Uterus : hiperplasi glandulamaksimum, kelenjar berkelok, bila fertilisasi maka sekresi glandula maksimum dipertahankan, bila tidak fertilisasi maka vakularisasi berkurang, aktivitas sekresi berhenti, sel permukaan dan kelenjar involusi.
Anestrus : terjadi bila tidak ada fertilisasi, merupakan periode yang panjangnya bervariasi, alat reproduksi relatif laten.
Fertilisasi
Fertilisasi adalah peristiwa bersatunya antara spermatozoa dengan ovum. Syarat untuk terjadinya fertilisasi yaitu :
Ovum harus sudah matang.
Harus mengalami kapasitasi khusus pada spermatozoa.
Dalam aspek genetik fertilisasi meliputi pemasukan faktor – faktor hereditas pejantan ke dalam sel telur. Disinilah terdapat manfaat perkawinan atau inseminasi yaitu untuk menyatukan faktor – faktor unggul ke dalam satu individu. Derajad kebuntingan rendah bisa diakibatkan dari tidak tepatnya mengawinkan.
Tahap – tahap fertilisasi yaitu :
Sperma diejakulasikan dari penis.
Sperma sampai di ampula tubae uterinaria.
Ketika sperma akan bergabung dengan ovum, sperma harus menembus dinding korona radiate dan zona pellucida dari ovum.
Kepala sperma dilapisi dengan enzim akrosom, hal inilah yang membuat sperma dapat menembus korona radiata.
Ketika sperma menembus membrane plasma ovum, ovum akan melakukan serangkaian reaksi kimia yang membuat suatu lapisan pelindung di dinding ovum. Hal ini menyebabkan sperma lain tidak dapat menembus ovum lagi.
Implantasi
Implantasi adalah proses bersarangnya blastosis dalam uterus, sehingga terjadi hubungan antara selaput ekstra embrionik dengan selaput lender uterus. Tahap implantasi yaitu :
Selama 3 – 4 hari setelah pembuahan, zigot tetap berada di ampula tubae uterinae dan terus melakukan pembelahan, sampai terbentuk massa bola padat yang disebut morula.
Sementara itu, dinding endometrium akan mengeluarkan glikogen ke rumen uterus yang nantinya glikogen ini akan digunakan sebagai cadangan makanan bagi morula.
Ketika kadar progesteron semakin meningkat, dinding tubae uterinae akan melemas dan mengakibatkan morula terdorong menuju lumen uterus.
Ketika morula sampai di lumen uterus, morula akan terapung bebas dan terus melakukan pembelahan. Morula pada tahap ini memperoleh energy dari glikogen yang disekresikan endometrium ke lumen uterus.
Sementara itu endometrium mendapat pengaruh progesteron fase luteal yang mengakibatkan meningkatnya vaskularisasi dan meningkatnya timbunan zat gizi di dinding endometrium.
Pada saat endometrium siap di implantasikan, morula akan mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista.
Blastokista melalui sel – sel trofoblastiknya akan mensekresikan enzim – enzim proteolitik yang berguna untuk membuat lubang ke dinding endometrium.
Sebagai responnya endometrium akan mensekresikan prostaglandin. Hal ini mengakibatkan meningkatnya vaskularisasi, meningkatnya timbunan zat gizi dan menyebabkan edema.
Prostaglandin juga mengakibatkan dinding endometrium mengalami modifikasi yang disebut desidua, dimana desidua merupakan tempat tertanamnya blastokista pada akhirnya.
Lapisan trofoblas akan terus mencerna sel – sel desidua di sekitarnya untuk cadangan energi dari calon janin, sampai terbentuknya plasenta.
Daftar Pustaka
Anonim. 2011. Reproduksi Ternak Betina. http://yusufsila-binatang.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 maret 2016.
Anonimous, 2004. Buku Pegangan Fisiologi Reproduksi Ternak. Yogyakarta : Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH UGM.
Aksoro, B.T. 1996. Kesehatan Sapi. Yogyakarta : Kanisius.
Blakely, J dan Bade, H.D.1991. Ilmu Peternakan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Dellman, H.D. dan E.M. Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Jakarta : Universitas Indonesia.
Herjanto J. 2013. Anatomi Organ Reproduksi Jantan. Yogyakarta : Fakultas Peternakan UGM.
Marawali, dkk. 2010. Ovarium. http//bubblehousebandryfarm.blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 maret 2016.
Nuryadi. 2000. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bogor : Fakultas Kedokteran hewan IPB.
Toelihere, mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar