Minggu, 18 Februari 2018

boneles broiler dan uji kualitas daging

Boneless broiler dan uji kualitas daging
Disusun oleh : kusworo

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kualitas suatu produk sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha produk tersebut. Hal ini juga berlaku pada produk daging. Daging dengan kualitas yang baik akan lebih digemari oleh konsumen. Kualitas daging salah satunya dapat dilihat dari sifat fisik daging tersebut. Pengujian sifat fisik daging diantaranya dilakukan dengan pengujian pH daging, daya mengikat air, susut masak dan keempukan daging.
Sifat fisik daging mempengaruhi kualitas pengolahan daging. Daging yang memiliki kualitas sifat fisik yang bagus tentunya akan memberikan produk pengolahan yang bagus dan akan mempermudah selama proses pengolahannya. Penentuan kualitas sifat fisik daging perlu dilakukan dengan benar dan teliti sehingga menghasilkan data yang akurat. Untuk itu diperlukan keahlian dan keterampilan serta pemahaman lanjut tentang cara dan metode pengujian ini.
Pengolahan, penyimpanan dan pengawetan daging akan mempengaruhi sifat daging ini, sehingga ketika daging akan digunakan kembali akan berbeda dengan jika menggunakan daging segar. Untuk menghindari perubahan sifat fisik yang terlalu besar diperlukan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi perubahan sifat fisik daging tersebut.

Tujuan
1. Mengetahui cara pemotongan ayam yang baik dan benar sehingga menghasilkan kualitas karkas yang baik.
2. Mengetahui proses penyiapan ayam dari penyembelihan sampai dengan proses parting.
3. Mengetahui cara melakukan uji kualitas daging.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DAGING
Daging segar merupakan daging yang baru dipotong, belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan belum disimpan untuk waktu yang lama. Daging segar cenderung memiliki kualitass kandungan nutrisi dan penampakan lebih baik. Hal ini terjadi karena daging belum mengalami pengolahan lebih lanjut dan belum disimpan lama. Indikator yang dapat dijadikan kualitas daging ini adalah kekenyalan, warna daging, bau dan tekstur. Selain itu, daging segar tidak berlendir, tidak terasa lengket di tangan dan terasa kebasahannya (Deptan, 2001).
Daging beku adalah daging yang telah mengalami penyimpanan pada suhu dingin. Tujuan penyimpanan ini adalahuntuk mengawetkan atau agar daging tersebut bisa digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Daging dalam kondisi seperti ini akan mengalami perubahan sifat fisik akibat pengaruh suhu yang dingin.
Karkas ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh (Rasyaf, 2003). Selama proses pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah dengan siap masak itu 75% dari berat hidup (Rasyaf, 2003).
Persentase bagian non karkas pada ayam broiler untuk setiap umur berbeda-beda yaitu pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk jantan 64,6%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung 0,6%, usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah 4,2% dan bulu 9,6% (Murtidjo, 2003).
Giblet atau jeroan merupakan hasil ikutan  yang dapat dimakan, biasanya terdiri dari hati, jantung dan ampela. Hati merupakan organ yang berfungsi sebagai alat penyaring zat-zat makanan yang diserap sebelum masuk dalam peredaran darah dan jaringan-jaringan (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178), terdiri dari lobi kanan dan kiri yang hampir sama ukurannya, bagian tepinya secara normal adalah lancip dan bila terjadi pembesaran menjadi bulat (Mc Lelland, 1990 yang disitasi oleh Sajidin, 1998:9)

Pada dasarnya kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik dan mineral) dan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, dan  daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, dan antibiotik, lemak intramuscular, dan metode penyimpanan.
UJI KUALITAS DAGING
pH Daging
Menurut Buckle et al. (1987), bahwa pada beberapa ternak, penurunan pH terjadi satu jam setelah ternak dipotong sampai tercapainya rigormortis. Pada penelitian ini nilai pH daging ada yang tetap tinggi yaitu sekitar 6,5 – 6,8, namun ada juga yang mengalami penurunan dengan sangat cepat yaitu mencapai 5,5 – 5,6. Penurunan nilai pH daging sapi setelah perubahan glikolisis menjadi asam. Jurnal ilmiah peternakan terpadu Vol. 3(3): 98 – 103, agustus 2015 Alda Nasrul Haq et al. 100 laktat berhenti berkisar antara 5,1 – 6,2 (soeparno,2005).
Nilai pH daging akan ditentukan oleh jumlah laktat yang dihasilkan dari glikogen selama proses glikolisis anaerob dan hal ini akan terbatas bila glikogen terdeplesi karena lelah, kelaparan atau takut pada hewan sebelum dipotong ( Buckle et al.,1987)
Menurut Aberle et al. (2001) dan Lawrie (2003), pH daging dapat menurun dengan cepat hingga mencapai 5,4 – 5,5 selama beberapa jam setelah pemotongan. Standar pH daging hewan yang sehat dan cukup istirahat yang baru dipotong adalah 7 – 7,2 dan akan terus menurun selama 24 jam. Penurunan pH tersebut tidak sama untuk semua urat daging dari seekor hewan dan diantara hewan juga berbeda. Nilai pH postmortem akan ditentukan oleh jumlah assam laktat yang dihasilkan dari glikogen selama proses glikolisis anaerob. Nilai pH akan semakin rendah pada hewan yang mengalami stress sebelum pemotongan dan akan dihasilkan daging yang pucat, lembek dan berair (pale, soft, exudative = PSE).
Purnomo dan Adiono (1985) menambahkan, terbentuknya asam laktat menyebabkan penurunan pH daging dan menyebabkan kerusakan struktur protein otot dan kerusakan tersebut tergantung pada temperatur dan rendahnya pH. Setelah hewan dipotong, penyediaan oksigen otot terhenti, dengan demikian persediaan oksigen tidak lagi di otot dan sisa metabolisme tidak dapat dikeluarkan lagi dari otot, sehingga daging akan mengalami penurunan pH.
Menurut Lukman (2010), nilai pH daging tida akan pernah mencapai nilai dibawah 5,3. Hal ini disebabkan oleh enzim – enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak aktif bekerja. pH daging yang tinggi akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme juga semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan buckle et al (1987), bahwa pada pH rendah (sekitar 5,1 – 6,1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka, sedangkan pH tinggi (sekitar 6,2 – 7,2) menyebabkan daging pada tahap akhir akan mempunyai struktur yang tertutup atau padat dan lebih memungkinkan untuk perkembangan mikroorganisme lebih baik.
Menurut Aberle et al.(2001), laju penurunan pH daging secara normal ialah pH menurun secara bertahap dari 7,0 sampai berkisar 5,6 – 5,7 dalam waktu 6 – 8 jam setelah pemotongan dan mencapai pH akhir sekitar 5,3 – 5,7.
Susut Masak
Nilai susut masak merupakan nilai massa daging yang berkurang setelah proses pemanasan atau pengolahan masak. Nilai susut masak ini erat kaitannya dengan daya mengikat air. Semakin tinggi daya mengikat air maka ketika proses pemanasan air dan cairan nutrisi pun akan sedikit yang keluar atau yang terbuang sehingga massa daging yang berkurang sedikit. Menurut Yanti (2008), daging yang mempunyai angka susut masak rendah, memiliki kualitas yang baik karena kemungkinan keluarnya nutrisi daging selama pemasakan juga rendah. Daging beku atau disimpan dalam suhu dingin cenderung akan mengalami perubahan protein otot, yang menyebabkan berkurangnya nilai daya ikat air protein otot dan meningkatnya jumlah cairan yang keluar (drip) dari daging (Anon dan calvelo, 1980).
Keempukan Daging
Keempukan daging merupakan faktor penting dalam pengolahan daging. Keempukan diukur dengan nilai daya putus Warner-Blatzler (WB). Keempukan sangat berkaitan erat dengan status panjang sarkomer otot. Daging dengan sarkomer yang lebih pendek setelah fasse rigormortis memiliki tingkat kealotan tinggi dibanding dengan yang sarkomernya tidak mengalami pemendekan ( Swatland, 1984; Locker, 1985; Dutson, 1985). Kualitas daging akan berpengaruh pada penyimpanan suhu dingin dan penyimpanan pada suhu dingin dapat mengakibatkan terjadinya pemendekan otot (T.Suryani, 2004).
Menurut Pearson dan Dutson (1985) bahwa pada daging pre rigor yang disimpan pada suhu rendah mengakibatkan peningkatan konsentrasi ion Ca2+ bebas di luar membran reticulum sarkoplasmatik. Hal tersebut memicu serangkaian reaksi yang mengakibatkan terbentuknya ikatan aktin – miosin dan menghasilkan pemendekan sarkomer. Menurut T. Suryani (2004) bahwa semakin tinggi nilai daya putus WB berarti semakin banyak gaya yang diperlukan untuk memutus serabut daging per cm2, yang berarti daging semakin alot atau tingkat keempukan semakin rendah. Swatland (1984) dan Locker (1985) menyatakan bahwa peningkatan panjang sarkomer secara paralel akan meningkatkan keempukan. Menurut Pearson dan Young (1971) bahwa nilai keempukan daging terbagi atas tiga bagian yaitu kisaran empuk dengan skala 0 – 3 Kg/g, cukup/ sedang dengan skala 3 – 6 Kg/ g, dan alot dengan skala >6 – 11 Kg/ g.


BAB III
MATERI DAN METODE

1. Materi
Alat dan bahan :
Pisau 9. pH meter
Scalpel dan Blade 10. Termometer Bimetal
Gunting 11. Beaker Glass
Talenan 12. Blender
Baki 13. Timbangan Digital
Timbangan 14. Aquadest
Ayam Broiler
Air panas


2. Metode :
Boneless broiler
Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot hidup.

Ayam disembelih pada bagian leher dengan memotong 3 saluran (arteri karotis, vena jugularis, esophagus).

Setelah disembelih, Ayam ditimbang untuk mengetahui bobot darah.

Celupkan ayam pada air panas suhu 800 C selama 1 menit.

Cabut bulu ayam sampai bersih.

Ayam yang sudah bersih ditimbang kembali untuk mengetahui bobot bulu.

Keluarkan isi rongga dada dan perut (jeroan).

Timbang masing-masing jeroannya.

Potong bagian kepala – pangkal leher dan kedua kaki.

Parting bagian-bagian ayam.


Prosedur Pembagian Karkas Ayam
Kaki dan kepala sampai pangkal leher dipisahkan.

Dalam posisi terlentang bagian dada diatas. Tarik salah satu kaki menjauh dari tubuh, kulit diiris hingga sendi tulang (pangkal paha). Kaki ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian paha (drumstick) dan bagian tibia atau thigh.

Kaki dibagi pada batas persendian menjaddi dua bagian yaitu drumstick dan thigh.

Pisahkan bagian sayap mulai ujung tulang sayap dengan badan ayam (persendian yang menonjol).

Sisa karkas dipisahkan bagian punggung batas antara tulang punggung dan tulang rusuk).

Bagian dada (breast) dipisahkan.

Pisahkan otot/ daging dada yang biasa dipakai sebagai sampel untuk Uji Kualitas Daging.


Uji Kualitas Daging
pH Daging
Sampel daging dihaluskan sebanyak 10 gr.

Sampel yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam beaker glass dan diencerkan dengan aquadest 100 ml.

Blender selama 1 menit

Sampel diukur menggunakan pH meter yang sudah dikalibrasi.

Susut Masak Daging
Sampel daging sebanyak 50 gr ditancapkan pada thermometer bimetal sampai menembus bagian tengah sampel daging.

Sampel dimasukkan ke dalam air mendidih.

Setelah thermometer bimetal mencapai angka 810C selama 15 menit, sampel daging diangkat

Sampel didinginkan selama 60 menit dan ditimbang setiap 30 menit sampai berat konstan.

Keempukan Daging
Siapkan 100 gr sampel daging

Tancapkan thermometer bimetal sampai tengah daging.

Rebus hingga suhu mencapai 810C selama 15 menit.

Angkat sampel dan kemudian dinginkan selama 60 menit.

Buat penampang daging dengan luas ( panjang 4–5 cm, lebar 1,5 cm dan tebal 0,67cm)

Potong dengan menggunakan alat pemotong.

Lihat besarnya gaya putus daging.


Daya Ikat Air
0,3 gr sampel daging diletakkan pada kertas saring diantara 2 plat dengan beban 35 kg.

Setelah 5 menit, daerah yang tertutup sampel daging yang telah pipih dan luas daerah basah disekitarnya ditandai dan diukur.

Daerah basah diperoleh dengan mengurangkan daerah yang tertutup sampel daging dari luas total (luas daerah basah dan luas daerah yang tertutup sampel daging).

Nilai kandungan air yang diperoleh berdasarkan rumus (air bebas), selanjutnya dipersentasekan terhadap bobot sampel yaitu 0,3 gr.


BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Boneless Broiler
No
Keterangan
Berat

1.
Berat Ayam Hidup
1,3 kg

2
Berat Ayam Mati
1,2 kg

3
Berat Darah
0,1 kg

4
Berat Ayam tanpa bulu
1,15 kg

5
Berat Bulu
0,05 kg

6
Berat Giblet
38 gr

7
Berat Jeroan Kotor
63 gr

8
Berat Shank
43 gr

9
Berat Kepala
63 gr

10
Berat Jeroan Bersih
78 gr

11
Berat Paha Kanan
65 gr

12
Berat Paha Kiri
63 gr

13
Berat Paha Kanan Atas
70 gr

14
Berat Paha Kiri Atas
75 gr

15
Berat Sayap Kanan
50 gr

16
Berat Sayap kiri
62 gr

17
Berat Dada
359 gr

18
Berat Punggung
152 gr


Persentase karkas  X 100%
= 71,30 %
B. Uji Kualitas Daging
pH Daging
ulangan I = 6,7
ulangan II = 6,6
ulangan III = 6,7
rata – rata/ pH daging yaitu 6,67.

Susut Masak daging %
Bobot setelah pemasakan 75,5 gr.
Susut masak   X 100%
=  X 100%
= 24,5 %


Keempukan Daging
650 gr = 0,65 kg : 1 cm2 = 0,65 kg/cm2
500 gr = 0,5 kg : 1cm2 = 0,5 kg/ cm2
700 gr = 0,7 : 1 cm2 = 0,7 kg/ cm2
= 1,85
3
= 0,61667 kg/ cm2

Daya Ikat Air (WHC)
Dalam kotak = 8 x 25 = 200
Luar kotak = 43 x 25 = 1075
100
= 10,75
Dalam kotak = 5 x 25 =125
Luar kotak = 49 x 25 = 1225
100
= 12,25
Dalam kotak = 13 x 25 = 325
Luar kotak = 52 x 25 = 1300
100
= 13
Rata – rata = 12.


BAB V
PEMBAHASAN

Boneless broiler
Kegiatan praktikum yang dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang mana melakukan prosessing ayam broiler guna mengetahui bagaimana kualitas karkas itu baik dan layak dikonsumsi. Pemotongan ayam itu sendiri harus dilkukan dengan benar dan disembelih sesuai dengan kriteria halal. Ayam yang telah dipotong lalu dibului, pencabutan bulu secara manual yaitu dengan perendaman ke dalam air bersuhu 30 – 50°C agar mudah dibului. Dalam prosessing ini yang tidak termasuk ke dalam karkas adalah kaki dan leher. Karkas broiler adalah daging bersama tulang hasil pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut serta dari isi rongga perut ayam. Karkas diperoleh dengan memotong ayam broiler kemudian menimbang bagian daging, tulang, jantung dan ginjal (Kamran, 2008). Aviagen (2006) menyatakan bobot karkas ayam broiler berkisar antara 1750-1800 gram atau 71-73% dari bobot badan. persentase ayam broiler siap potong menurut Bakrie et al. (2002), adalah 58,9%.
Hasil praktikum yang dilakukan oleh praktikan diperoleh hasil persentase karkas sebesar 71,30 %. Sehingga sesuai dengan pernyataan Aviagen (2006).

Uji Kualitas Daging
Nilai pH Daging
Pada saat pengukuran pH daging, daging kelompok kami memiliki pH 6,67. Menurut Buckle et al ( 1987), bahwa pada beberapa ternak, penurunan pH terjadi 1 jam setelah ternak dipotong sampai tercapainya rigormortis. . Pada penelitian ini nilai pH daging ada yang tetap tinggi yaitu sekitar 6,5 – 6,8, namun ada juga yang mengalami penurunan dengan sangat cepat yaitu mencapai 5,5 – 5,6. Penurunan nilai pH daging sapi setelah perubahan glikolisis menjadi asam.
Susut Masak Daging
Dari praktikum yang dilakukan oleh praktikan diperoleh angka susut masak sebesar 24,5%. Angka tersebut termasuk tinggi karena daging atau sampel yang digunakan telah melalui proses pembekuan sebelumnya (daging beku) sehingga nilai susut masak tinggi. Menurut Yanti (2008), daging yang mempunyai angka susut masak rendah, memiliki kualitas yang baik karena kemungkinan keluarnya nutrisi daging selama pemasakan juga rendah. Daging beku atau disimpan dalam suhu dingin cenderung akan mengalami perubahan protein otot, yang menyebabkan berkurangnya nilai daya ikat air protein otot dan meningkatnya jumlah cairan yang keluar (drip) dari daging.
Keempukan Daging
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keempukan daging setelah melalui proses pemasakan. Pada uji ini digunakan sampel daging ayam untuk perbandingan. Sampel daging dari uji susut masak dipotong searah serat dan dengan ukuran panjang 4 cm, lebar 1,5 cm dan tebal 0,67 cm. Setelah itu diuji dengan alat Warner Bratzler (penguji keempukan daging), saat meletakkan pada alat uji keempukan dipastikan bahwa posisi alat uji tegak lurus dengan arah serat daging agar hasil yang didapat tepat. Berdasarkan sampel kelompok kami rata – rata keempukan daging 0,61667 kg/ cm2. Menurut Pearson dan Dutson (1985) bahwa pada daging pre rigor yang disimpan pada suhu rendah mengakibatkan peningkatan konsentrasi ion Ca2+ bebas di luar membran reticulum sarkoplasmatik. Hal tersebut memicu serangkaian reaksi yang mengakibatkan terbentuknya ikatan aktin – miosin dan menghasilkan pemendekan sarkomer. Menurut T. Suryani (2004) bahwa semakin tinggi nilai daya putus WB berarti semakin banyak gaya yang diperlukan untuk memutus serabut daging per cm2, yang berarti daging semakin alot atau tingkat keempukan semakin rendah. Swatland (1984) dan Locker (1985) menyatakan bahwa peningkatan panjang sarkomer secara paralel akan meningkatkan keempukan. Menurut Pearson dan Young (1971) bahwa nilai keempukan daging terbagi atas tiga bagian yaitu kisaran empuk dengan skala 0 – 3 Kg/g, cukup/ sedang dengan skala 3 – 6 Kg/ g, dan alot dengan skala >6 – 11 Kg/ g.
Daya Ikat Air Daging
Berdasaran praktikum yang dilakukan diketahui luas area basah 12. Daya ikat air adalah kemampuan daging untuk mengikat air atau air yang ditambahkan selama pengaruh kekuatan dari luar seperti pemotongan, pemanasan, penggilingan, atau pengepresan. Komposisi kimia daging terdiri dari kadar air, protein, dan kadar karbohidrat serta mineral yang ditentukan untuk nutrisi dan umur ternak saat ternak masih hidup. Kualitas daging dipengaruhi oleh kandungan air dalam daging. Air merupakan medium biologis termasuk sebagai medium untuk mentransformasikan substrat otot. Daya ikat air dipengaruhi oleh kadar protein daging dan karkas.

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Komponen-komponen karkas terdiri atas paha, dada, sayap, punggung dankulit dengan lapisan lemaknya. Selain itu juga ada komponen non karkasterdiri dari kaki, sayap, kepala dan leher. Sedangkan isi dalam meliputiusus, gizzard, hati, jantung dan lain-lain.
Susut masak daging berbanding lurus dengan pH dari daging tersebut maka pengujian sifat fisik terhadap kualitas daging dapat dilakukan pada pH daging, daya mengikat air, keempukan daging dan susut masak daging. Keempat indikator ini saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
Persentase karkas diperoleh 71,30 %, pH daging 6,67, Susut Masak 24,5%, Keempukan 0,61667 kg/ cm2, dan Daya Ikat Air 12

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar R, Dharsana, Nataamijaya RG. 1998. Preferensi dan nilai gizi daging ayam hasil persilangan (pejantan buras dengan betina ras) dengan pemberian jenis pakan yang berbeda.  Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 1-2 Des 1998. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 1998. hlm 779–785
Anon, M. C., dan A. Calvelo. 1980. Freezing rate effects of drip loss of frozen beef. J. Meat Sci. 4 : 1.
Bratzler, L. J., A. M. Gaddis dan W. L. Sulbacher. 1977. Freezing Meat. Pada : Fundamental of Food Freezing. N. W. Desrosier and D. K. Tressler, Eds. The AVI Publ., Co., Inc., Wesport, Connectitut.
Judge, M. D., Arberle, E.D. Forrest, J. C. Hendrick, H. B. And Merkel, R. A. 1989. Principles Meat Science 2nd. Kendall/ Hunt Publishing Co, lowa.
Lawrie, R. A. 1979. Meat Science, 3rd edition. Oxford : Pregamon Press.
Locker, R. H. 1985. Cold- induced toughness of meat. In : A. M. Pearson & T.R. Dutson (Eds). Electrical Stimulation Adv. In MeatResearch, Vol. 1:1-44. The Avi Publishing Company, Inc., Westport, Conecticut.
Murtidjo, B.A. 1991. Mengelola Ayam Buras. Yogyakarta : Kanisius.
Pearson, A.M. & T. R. Dutson. 1985. Scientific basis for electrical stimulation. In : A. M. Pearson & T. R. Dutson ( Eds). Electrical Stimulation Adv. In meat Research, Vol. 1:185-218. The Avi Publishing Company, Inc., Wesport, Conecticut.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.
Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknoogi Daging. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
T. suryati, M. Astawan, & T. Wresdiyati. 2004. Sifat Fisik Daging Domba yang Diberi Perlakuan Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida. Media peternakan. 27(3):101-106.

1 komentar:



  1. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    BalasHapus