Selasa, 20 Februari 2018

mal nutrisi dan mal absorbsi

.    Malnutrisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana ternak tersebut kekurangan nutrisi-nutrisi pokok yang dibutuhkan untuk hidup pokoknya. Pada ternak pedet yang diamati, pedet tersebut menunjukkan salah satu gejala seperti yang tampak pada ternak yang mengalami malnutrisi yaitu keadaan ternak yang sangat kurus dan tampak lemah. Kemungkinan, hal tersebut dapat terjadi karena perawatan ternak (manajemen pemeliharaan) yang kurang baik; konsumsi pakan yang sedikit karena ternak tersebut juga menderita penyakit pada kukunya yang membuat pedet tersebut pincang dan susah berjalan; jenis pakan yang diperoleh kurang berimbang nilai nutrisinya; ataupun penggembalaan di lingkungan yang kurang baik. Apabila idntifikasi tersebut benar, maka ternak tersebut harus ditolong/diobati dengan pemberian pakan bernilai gizi seimbang, pemberian obat-obat sebagai vitamin, pemeliharaan yang baik (terawat) dan di lingkungan yang memudahkan bagi ternak tersebut makan dan memenuhi kebutuhan hidup pokonya.

Malabsorbsi
Pada kondisi malabsorbsi, nutrisi pada pakan yang di cerna tidak akan terserap sempurna. Kondisi ini dapat di identifikasi dengan beberapa pengujian antara lain dengan hitung darah lengkap (CBC). Pada kondisi malabsorbsi akan terjadi kondisi anemia, hypoproteinemia, hypoalbuminemia, hypokalemia, hypocalcemia, hypomagnesemia, dan metabolic acidosis. Selain itu pada kondisi malabsorbsi juga akan terjadi penurunan kadar triglycerides, cholesterol, serta alpha dan beta carotene. Dapat juga dilakukan uji penyerapan lemak yaitu dengan melihat kadar lemak dalam feses. Pada kondisi malabsorbsi biasanya lemak tidak akan terserap (Al Kaade 2013). Akibat kurangnya nutrisi, hewan mengalami penurunan berat badan (kekurusan) yang parah, serta kekurangan berbagai macam nutrisi penting yang dibutuhkan oleh tubuh. Pada hewan yang mengalami malnutrisi biasa juga di tunjukkan adanya diare kronis. Bila terjadi kasus hypoproteneimia biasanya ditunjukkan adanya gejala dehidrasi, anemia, dan ascites atau edema. Selain itu, kondisi malnutrisi juga akan ditandai oleh adanya kondisi feses yang berlemak (Khan 2011). Kondisi kekurusan atau kaheksia merupakan suatu kondisi yang menggambarkan keadaan penurunan bobot badan yang parah. Umumnya pada kondisi kekurusan bobot badan lebih rendah 15 sampai 40% dari bobot badan normal. Selain itu, kondisi kekurusan juga dikaitkan dengan persediaan cadangan lemak dalam tubuh. Cadangan lemak pada hewan yang kurus lebih sedikit dari hewan normal. Umumnya hewan yang menderita kekurusan yang berat tidak hanya mengalami kekurangan energi tapi biasanya diikut oleh stress, cedera atau penyakit yang mempercepat terjadinya penurunan bobot badan seperti hypermetabolism. Pada hewan yang mendertia kekurusan yang berat kerusakan protein otot terjadi lebih lambat dari perubahan protein tubuh lainnya. Apabila gejala klinis sudah menunjukkan hilangnya otot dalam jumlah yang besar maka dimungkinkan kondisi tersebut sudah berada pada kondisi yang berat dan kronis (Watson & Dunn 2000). Selain menyebabkan kekurusan, kondisi malnutrisi juga dapat menyebabkan kondisi kerontokan dan kebotakan. Rambut merupakan bagian dari kulit yang memiliki bahan penyusun utama berupa serat kolagen yang terbentuk dari protein. Bila asupan nutrisi berkurang maka asupan protein tubuh juga berkurang. Hal ini, dapat menyebabkan pembentukan kulit dan rambut menjadi tidak sempurna sehingga memudahkan terjadinya kerontokan dan kebotakan. Secara normal, rambut mengalami kerontokan fisiologis, yaitu pada saat terjadinya proses pergantian rambut, namun apabila kerontokan yang terjadi dalam jumlah yang banyak hal ini akan terkait dengan kondisi patologis. Kerontokan rambut dalam jumlah besar dapat menyebabkan terjadinya kebotakan. Malnutrisi juga menyebabkan kondisi kekebalan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi dalam tubuh. Sel-sel kekebalan tubuh juga merupakan sel yang sebagian besar bahan pembentukanya ialah protein. Kondisi malabsorbsi yang menyebabkan rendahnya kadar protein dalam darah tentu akan mempengaruhi pembentukan sel-sel pertahanan tubuh. Rendahnya kadar protein menyebabkan sel-sel pertahanan tubuh tidak dapat terbentuk sehingga proses kekebalan tubuh tidak terjadi. Hal ini tentu sangat berbahaya karena semakin memudahkan terjadinya proses infeksi.

Gejala klinis :
Tergantung umur hewan, hewan bunting atau menyusui dan lingkungan. Pada hewan muda mengakibatkan pertumbuhan terbelakang, keterlambatan masa dewasa kelamin
Pada hewan dewasa, penurunan produksi susu dan masa menyusui dipersingkat
Defisiensi energy yang berkepanjangan, bunting untung sapi heifers akan mengakibatkan kegagalan untuk menghasilkan jumlah colostrums yang memadai pada masa melahirkan. Pada hewan dewasa juga ditandai hilangnya berat badan. Anestrus yang berkepanjangan berlangsung hingga beberapa bulan, yang memiliki efek yang ditandai pada kinerja reproduksi.
Betina primigravida sangat rentan terhadap malnutrisi protein – energy karena syarat pertumbuhan dan keseimbangan.
Kekurangan energy yang berkepanjangan selama akhir kehamilan dapat mengakibatkan neonates lemah dengan tingkat kematian yang tinggi.
Kekurangan energy selama periode yang berkepanjangan pada musim dingin dengan kualitas serat yang sangat rendah terutama pada sapi yang bunting dan domba betina dapat menyebabkan implikasi abomasal.
Pada cuaca yang sangat dingin, hewan akan memobilisasi energy yang tersimpan sebagai lemakl atau otot sehingga hal demikian dapat menurunkan berat badan yang sangat signifikan.
Impaksi dari abomasums dan forestomaches pada sapi
Defisiensi kebutuhan energy yang berlebihan dapat terjadi kematian
Defisiensi energy berupa lemak, pada sapi bunting dan domba betina menyebabkan kelaparan ketosis dan kehamilan toksemia, hyperlipemia terjadi pada lemak.
Anak sapi yang baru lahir berumur 7 hati dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan dari perirenal dan sumsum tulang lemak dan tampak penipisan omentum
Malnutrisi janin kronis
Malnutrisi energy – protein: kelemahan, hilangnya berat badan, sikap mental normal, keinginan untuk makan, sapi dengan hypocalemia bersamaan akan anorexia. Kurang kolostrum saat kelahiran, meminum kencing dari hewan itu sendiri, sapi akan mati dalam waktu 7 – 10 hari. Pada sapi perah, berat badan turun, tidak aktif, lesu, akan mati pada waktu 2 – 4 minggu. Diare dapat terjadi secara bersamaan.
Prognosis :
Outlook atau prognosis tergantung pada penyabab dari malnutrisi itu sendiri. Malnutrisi pada umumnya dapat diperbaiki atau ditangani. Bagaimanapun, jika malnutrisi disebabkan oleh kondisi medis, penyakit tersebut harus diobati untuk membalikkan malnutrisi (dikembalikan ke kondisi fisiologis). Tingkatan : fausta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar