Minggu, 18 Februari 2018

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN KULIT
“Uji Organoleptik Kulit”




Disusun Oleh :
KUSWORO (15021001)


PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2017

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kulit kambing merupakan salah satu bagian dari makhluk hidup yang dapat dimanfaatkan. Sekarang ini kulit hewan banya dimanfaatkan sebagai produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Produk – produk yang menggunakan bahan kulit diantaranya adalah sepatu, ikat pinggang, tas, sarung tangan golf, dan lain sebagainya.
Bahan kulit yang berasal dari hewan tersebut tentunya tidak bisa begitu saja bisa dimanfaatkan, karena harus melalui proses penyamakan terlebih dahulu. Penyamakan kulit pada dasarnya adalah proses pengubahan struktur kulit mentah yang mudah rusak oleh aktifitas mikroorganisme, kimiawi atau fisik menjadi kulit tersamak yang lebih tahan lama. Mekanisme ini pada prinsipnya adalah pemasukan bahan-bahan tertentu kedalam jalinan serat kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit.

 Sumber bahan penyamak ini bermacam-macam sehingga akan berbeda-beda pula dalam kekuatan dan sifat, warna konsentrasi dan kualitasnya. Hasil kulitnya pun sangat berbeda, bahkan dari penyamak berbagai macam kulit, antara lain kulit yang keras empuk, warna tetap atau terang, berat dan ringan. penyamakan tersebut dapat digunakan dalam berbagai kombinasi untuk memperoleh berbagai efek.
Kulit jadi (tersamak) berasal dari kulit mentah yang sebelumnya telah diawetkan lalu diolah melalui proses yang bertahap mulai dari proses soaking (perendaman) sampai proses finishing (penyelesaian). Dimana kesemua proses tersebut pada akhirnya memberikan karakter tertentu pada kulit jadinya yang disesuaikan dengan tujuan peruntukannya dengan cara penambahan bahan – bahan tertentu pada saat proses.

Pada akhirnya kulit jadi akan dijual ke pasaran. Tentunya pasar menginginkan kualitas kulit jadi yang terbaik agar kulit jadi tersebut dapat digunakan sesuai dengan fungsi dari jenis artikelnya masing – masing.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan. Bagian organ tubuh yang berperan yaitu mata, telinga, indera pencicip, indra pembau, dan indra peraba atau sentuhan. Kemampuan alat indera memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah kesan adalah gambaran dari sebaran atau cakupan alat indera yang menerima rangsangan. Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan alat indera  memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan (discrimination), membandingkan (scalling), dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik) (Saleh, 2004).
Rahayu (2001) mengatakan bahwa untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.
Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual, dan dibantu dengan alat yang sederhana, alat panca indera yang biasa digunakan dalam pemeriksaan kualitas kulit secara organoleptis adalah mata, perasa, pengecap, dan pencium dalam pengujian ini sifat-sifat yang diuji meliputi penampakan nerf, keadaan kulit, bagian daging (SNI, 06-0234-89).
Menurut Jayusman dalam diktat penuntun praktikum ilmu bahan II secara garis besar tujuan dilakukannya pengujian terhadap suatu kulit samak adalah pertama, untuk menentukan mutu atau kualitas secara umum karena melalui suatu analisa atau pengujian dapat ditentukan contoh kulit yang diuji tersebut bermutu baik, sedang, atau kurang. Kedua, untuk mencari kesalahan atau kekurangan dalam proses penyamakan kulit karena dari hasil uji ini dapat dilihat kekurangan yang terdapat pada hasil penyamakan kulit sehingga dapat ditentukan pada proses – proses apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan tersebut dan dapat diperbaiki pada proses berikutnya sehingga kulit yang dihasilkan menjadi lebih baik berkualitas baik. Ketiga adalah untuk meniru atau mengikuti proses – proses produksi kulit yang berkualitas baik sehingga untuk mengetahui proses produksinya dilakukan pengujian terlebih dahulu terhasil kulit tersebut setelah mengetahui karakteristiknya baru dilakukan penyusunan rancangan proses, melakukan proses percobaan, kemudian hasilnya diuji dan terus dilakukan penyempurnaan sampai didapat hasil yang diinginkan.

Dalam melakukan pengujian terhadap kulit samak secara umum ada 4 cara pengujian yaitu pengujian organoleptis, fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Namun dalam standar industri indonesia untuk bermacam – macam produk kulit samak persyaratan yang dicantumkan hanya persyaratan organleptis, fisis dan untuk persyaratan mikrobiologis tidak dicantumkan hal ini dikarenakan syarat organoleptis, fisis dan kimiawi saling berhubungan atau mendukung.

Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual dan dibantu dengan alat yang sederhana. Dalam pengujian ini sifat – sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf, keadaan kulit, keadaan cat, kelentingan, dan ketahanan sobek (Purnomo, 1997).


BAB III
MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat dan Bahan
1. Kain 4. Lakban hitam
2. Kulit kambing krom 5. Penggaris
3. Air 6. Gunting

B. Metode
1. Uji Kelepasan Nerf
Melipat kulitdengan bagian nerf di dalam dengan cara ditekan ke dalam dengan jari tangan, hingga membentuk kerutan – kerutan.

Membuka lipatan dan diamati.

2. Uji Keretaakan Nerf
Melipat kulit sejajar garis punggung (bagian nerf diluar).

Pada lipatan  tadi dilipat lagi dengan arah tegak lurus pada lipatan pertama disertai penekanan yang kuat dengan ibu jari.

Membuka lipatan dan diamati, dikatakan retak nerf jika bekas lipatan yang kedua memberikan bekas retak/ pecah.



3. Uji Daya Tekuk
Kulit ditekuk ke dalam dengan bagian nerf di luar (hitung berapa kali tekukan).

Lakukan sampai bagian nerf retak/ cacat.
4. Uji Kelentingan
Kulit dibengkuk menurut garis punggung bagian nerf sebelah luar, ditekan dengan tangan naik turun.

Tekanan dihilangkan agar kulit kembali ke keadaan semula.

5. Uji Ketahanan Gosok
Meletakkan kulit pada meja datar

Menggosokkan kain katun putih pada kulit bagian nerf, kemudian mengamati noda pada  kain.

Melakukan dengan cara yang sama untuk kain katun putih yang dibasahi dengan air, kemudian mengamati noda pada kain.

6. Uji Kelepasan Cat
Meletakkan kulit pada meja datar.

Meletakkan lakban pada kulit bagian nerf.

Menekan selama ± 1 menit, kemudian tarik lakban dengan kuat.

Mengamati cacat pada kulit, ada yang lepas atau tidak.

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

A. Hasil Kulit Kambing Krom
1. Uji Kelepasan Nerf
- Kulit mengkerut
- Tidak ada keretakan

2. Uji Keretakan Nerf
- Kulit tidak mengalami keretakan
- Kulit mengalami pengkerutan

3. Uji Daya Tekuk 2 Menit
- Kulit mengkerut sedikit
- Tidak ada keretakan

4. Uji Kelentingan
- 2 cm membutuhkan waktu 1 detik
- 3 cm tidak kembali ke bentuk semula

5. Uji Ketahanan Gosok
- Pada kain kering, warna kulit menempel pada kain.
- Kain basah
Warna kulit menempel pada kain berwarna pekat menghitam.
Kulit kambing krom menjadi tipis.

6. Uji Kelepasan Cat
- Permukaan kulit kambing krom menempel pada lakban.
B. Hasil Kulit Imitasi
1. Uji Kelepasan Nerf
- Kulit imitasi membentuk lekukan
- Tidak ada keretakan

2. Uji Keretakan Nerf
- Lekukan lebih dalam pada kulit
- Tidak terjadi keretakan

3. Uji Daya Tekuk
- Tidak ada kerutan
- Lekukan tidak jelas

4. Uji Kelentingan
- 2 cm membutuhkan waktu 8,7 detik
- 3 cm membutuhkan waktu 7,3 detik

5. Uji Ketahanan Gosok
- Pada kain kering, kain menempel pada kulit.
- Kain basah, tidak ada perubahan pada kulit

6. Uji Kelepasan Cat
- Warna tidak menemel pada lakban.


BAB V
PEMBAHASAN

Pengujian organoleptis merupakan suatu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan panca indra atau dilakukan secara visual dan dibantu dengan alat yang sederhana. Dalam pengujian ini sifat – sifat yang diuji meliputi kelepasan nerf, keretakan nerf, uji daya tekuk, uji kelentingan, uji ketahanan gosok, dan uji kelepasan cat.
Sampel yang diuji yaitu kulit kambing krom dan kulit imitasi. Jadi pada praktikum uji organoleptis ini yaitu untuk membedakan antara kulit kambing yang asli dengan yang imitasi sehingga praktikan dapat mengetahui mana kulit yang asli dan mana yang kulit imitasi.
Uji kelepasan nerf dilakukan dengan melihat fisik dari kulit. Jika kulit yang diuji nerfnya lepas, maka kulit tersebut tidak baik jika digunakan sebagai sepatu karena akan mudah mengelupas jika terkena benda keras. Dari hasil praktikum uji kelepasan nerf yang dilakukan didapatkan bahwa pada kulit kambing krom, kulit mengkerut dan tidak ada keretakan sedangkan pada kulit imitasi, kulit membentuk lekukan dan tidak ada keretakan.
Uji keretakan nerf dilakukan dengan cara melipat kulit sejajar garis punggung dengan bagian nerf di luar. Kemudian lipatan tadi dilipat lagi dengan arah tegak lurus pada lipatan pertama disertai penekanan yang kuat dengan ibu jari. Kemudian lipatan dibuka dan diamati, dikatakan retak apabilabekas lipatan yang kedua memberikan bekas retak/ pecah. Pada uji keretakan didapatkan perbedaan yaitu pada kulit kambing krom, kulit mengalami pengkerutan sedangkan pada kulit imitasi, lekukan lebih dalam pada kulit. Meskipun terjadi perbedaan, tetapi kedua jenis kulit ini sama – sama tidak mengalami keretakan.
Daya tekuk merupakan hasil uji yang ditentukan dalam satuan jumlah, yaitu suatu ukuran untuk menentukan menentukan berapakali sampel kulit yang diuji mampu tahan terhadap tekukan sebesar 1800 sampai tempat tekukan tersebut mengalami retak atau cacat. Pada praktikum uji daya tekuk diperoleh yaitu pada kulit kambing krom uji daya tekuk dilakukan selama 2 menit dan didapatkan hasil kulit mengkerut sedikit dan tidak ada keretakan, sedangkan pada kulit imitasi tidak ada kerutan dan lekukan tidak jelas.
Uji kelentingan dilakukan dengan setengah menggulung kulit, kemudian melihat proses kembalinya. Jika kulit cepat kembalinya maka kulit tersebut lenting, sebaliknya jika kulit tersebut lama kembalinya atau terlalu lemas maka kulit tersebut kurang lenting. Pada praktikum uji kelentingan yang dilakukan didapatkan perbedaan yaitu pada kulit kambing krom untuk lebar 2 cm membutuhkan waktu 1 detik, sedangkan pada kulit imitasi membutuhkan waktu 8,7 detik. Pada uji kelentingan 3 cm didapatkan bahwa pada kulit kambing krom tidak kembali ke bentuk semula, sedangkan pada kulit imitasi membutuhkan waktu selama 7,3 detik.
Uji ketahanan gosok dilakukan dengan menggosok kain yang berwarna terang pada kulit bagian nerf. Uji ini dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan kain kering dan kain di basahi terlebih dahulu. Dari hasil praktikum uji ketahanan gosok didapatkan perbedaan yaitu pada kain kering bahwa kulit kambing krom didapatkan warna kulit menempel pada kain, sedangkan pada kulit imitasi kain menempel pada kulit. Pada kain basah untuk kulit kambing krom didapatkan warna kulit menempel pada kain dan berwarna pekat menghitam, dan kulit kambing menjadi tipis. Sedangkan pada kulit imitasi tidak terjadi perubahan pada kulit.
Uji kelepasan cat dilakukan dengan cara merekatkan lakban pada kulit bagian nerf kemudian ditekan selama kurang lebih 1 menit kemudian ditarik secara kuat. Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan pada kulit kambing krom permukaan kulit menempel pada lakban, sedangkan pada kulit imitasi warna tidak menempel pada lakban.

KESIMPULAN

Untuk mengetahui kulit kambing krom asli dan kulit imitasi dapat diketahui melalui uji organoleptik. Uji organoleptik tersebut meliputi uji kelepasan nerf, uji keretakan nerf, uji daya tekuk, uji kelentingan, uji ketahanan gosok, dan uji kelepasan cat.
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil uji kelepasan nerf yang dilakukan didapatkan bahwa pada kulit kambing krom, kulit mengkerut dan tidak ada keretakan sedangkan pada kulit imitasi, kulit membentuk lekukan dan tidak ada keretakan.
Pada uji keretakan didapatkan perbedaan yaitu pada kulit kambing krom, kulit mengalami pengkerutan sedangkan pada kulit imitasi, lekukan lebih dalam pada kulit. Meskipun terjadi perbedaan, tetapi kedua jenis kulit ini sama – sama tidak mengalami keretakan.
Pada praktikum uji daya tekuk diperoleh yaitu pada kulit kambing krom uji daya tekuk dilakukan selama 2 menit dan didapatkan hasil kulit mengkerut sedikit dan tidak ada keretakan, sedangkan pada kulit imitasi tidak ada kerutan dan lekukan tidak jelas.
Pada praktikum uji kelentingan yang dilakukan didapatkan perbedaan yaitu pada kulit kambing krom untuk lebar 2 cm membutuhkan waktu 1 detik, sedangkan pada kulit imitasi membutuhkan waktu 8,7 detik. Pada uji kelentingan 3 cm didapatkan bahwa pada kulit kambing krom tidak kembali ke bentuk semula, sedangkan pada kulit imitasi membutuhkan waktu selama 7,3 detik.
Pada praktikum uji ketahanan gosok didapatkan perbedaan yaitu pada kain kering bahwa kulit kambing krom didapatkan warna kulit menempel pada kain, sedangkan pada kulit imitasi kain menempel pada kulit. Pada kain basah untuk kulit kambing krom didapatkan warna kulit menempel pada kain dan berwarna pekat menghitam, dan kulit kambing menjadi tipis. Sedangkan pada kulit imitasi tidak terjadi perubahan pada kulit.
Pada praktikum uji kelepasan cat yang dilakukan didapatkan pada kulit kambing krom permukaan kulit menempel pada lakban, sedangkan pada kulit imitasi warna tidak menempel pada lakban.

DAFTAR PUSTAKA

Saleh. 2004. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung : Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Hermiyati, Indri. 2009. Petunjuk Praktikum Analisa Kimia Kulit. Yogyakarta : Akademi Teknologi Kulit.
Jayusman. Penuntun Praktikum Bahan II Analisa Uji Kulit. Yogyakarta : Akademi Teknologi Kulit.
Purnomo, Edy. 1997. Teknologi Tanning. Yogyakarta : Akademi Teknologi Kulit.
SNI. 06-0234-89. Mutu dan Cara Uji Kulit Boks. Jakarta : Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar