PEMBAHASAN
A. Daya Tampung
Pada umumnya semakin tua hijauan waktu dipotong, maka kadar serat kasar akan meningkat dan kadar protein akan menurun karena makin meningkatnya senyawa – senyawa bukan protein. Sebaliknya bertambahnya umur, produksi makin meningkat pada akhirnya menyebabkan kandungan dan produksi protein semakin lambat suatu tanaman dipotong, kandungan serat kasarnya semakin meningkat dan nilai nutrisinya semakin menurun. Semakin panjang interval defoliasi, makin rendah kadar protein sedangkan kadar seratnya semakin meningkt. Oleh karena itu, maka perlu diatur jarak antara pemotongan pertama dan selanjutnya, jarak defoliasi pada musim penghujan sebaiknya 40 hari dan musim kemarau 60 hari.
Pada praktikum pengukuran daya tampung, dilakukan pemotongan rumput kinggras dengan tinggi pemotongan 10 cm di atas permukaan tanah. Hasil yang didapatkan dari 1 m2 sebanyak 7,215 kg.
Defoliasi dilakukan dengan tinggi batang yang ditinggalkan 10 cm dari tanah karena tinggi rendahnya batang yang ditinggalkan saat dofoliasi sangat berpengaruh. Semakin pendek bagian tanaman yang ditinggalkan maka pertumbuhan kembali (regrowth) tanaman tersebut akan semakin lambat karena persediaan energi dan pati yang tinggal semakin sedikit. Demikian juga sebaliknya, jika saat defoliasi bagian tanaman yang ditinggalkan terlalu tinggi juga tidak baik karena hanya akan memberikan kesempatan terhadap pertumbuhan tunas batang saja tetapi pertumbuhan anakan tidak bisa berkembang sehingga tidak adanya pertumbuhan anakan yang akan menambah volume tanaman tetapi hanya pertambahan tinggi batang saja.
B. Identifikasi Hijauan Makanan Ternak
Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan pakan dasar dan utama untuk mendukung peternakan ternak ruminansia, terutama bagi peternak sapi potong ataupun sapi perah yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki.
Ada beberapa kelompok tanaman hijauan makanan ternak yaitu rumput (graminae), Leguminosa dan tumbuh – tumbuhan lainnya. Pada praktikum ini hijauan makanan ternak yang diamati yaitu :
Rumput Gajah (pennisetum purpureum)
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rumput gajah bertipe tumbuh erect, habitat pertumbuhan tegak lurus, bentuk batang bulat, daun dan batang berbulu pendek, dan daun berbentuk perenial. Menurut yahya (2002) bahwa rumput gajah secara umum merupakan tanaman tahunan yang berdiri tegak, berakar dalam, tinggi batang mencapai 2 – 4 meter, tumbuh membentuk rumpun, pelepah daun gundul hingga garis berbulu pendek, helai daun bergaris dengan dasar lebar, ujungnya runcing.
Rumput Raja (pennisetum purpupoides)
Rumput raja merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (pennisetum purpureum) dan cantel (pennisetum typhoides. Rumput ini mudah ditanam, dapat tumbuh di dataran tinggi hingga rendah, produksi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah, ciri – cirinya sama dengan rumput gajah, perbedaannya yaitu daun berbulu dan pinggiran daun tajam, warna hijau tua dengan bentuk daun panjang dan agak tipis dimana tulang daun kecil dan sejajar.
Star Grass (cynodon plectostachyus)
Berasal dari afrika timur, ditanam dengan pols serta stolon. Bisa hidup pada seluruh jenis tanah dengan ketinggian yang cocok pada dataran rendah. Rumput ini tumbuh tegak serta menjalar, pada bagian stolonnya tumbuh rapat dengan tanah, pada buku stolon tumbuh akar yang kuat, rumput ini tahan injak dan renggut. Merupakan rumput padang penggembalaan.
Brachiaria Brizantha
Brachiaria brizantha merupakan jenis tanaman tahunan dan memiliki sedikit rhizoma yang pendek dan batang tegak atau sedikit menjalar dengan tinggi 60 sampai 150 cm. Rumput ini tumbuh didaerah tropik yang lembab dan sangat responsif terhadap peningkatan kesuburan tanah. BB mempunyai tipe tumbuh erect, memiliki ligule yang berwarna putih dan tidak berbulu, sertaauricle yang juga tidak berbulu.
Lamtoro (leucaena leucocephala)
Lamtoro berasal dari amerika selatan, tumbuh tegak dengan sudut pangkal antara batang dengan cabang 450. Daunnya kecil, tulang daun menyirip ganda dengan jumlah 4 – 8 pasang, tiap sirip tangkai daun mempunyai 11 – 22 helai anak daun. Bunganya merupakan bunga bangkol atau membulat, berbentuk bola dan berwarna putih.lamtoro merupakan hijauan pakan yang sering diberikan kepada ternak tetapi mengandung zat anti nutrisi yaitu mimosin. Untuk mengurangi kandungan mimosin, lamtoro harus dijemur sehari lebih dahulu sebelum diberikan ke ternak.
Gamal (gliricidia sepium)
Gamal memiliki ciri – ciri yaitu warna daun hijau, tulang daun menyirip, jumlah daun ganjil, tekstur lembut. Batang panjang, keras dan bercabang. Gamal biasanya ditanam sebagai pagar hidup.
Putri Malu (mimosa pudica)
Putri malu merupakan salah satu tanaman perdu pendek yang masih dalam kelompok dan suku polong – polongan yang mudah dikenal dengan tanaman yang menutup daun – daunnya secara cepat dengan sendirinya saat disentuh. Daun putri malu berupa daun majemuk yang menyirip ganda dua sempurna,batang berbentuk bulat dan diselimuti duri, dan memiliki bunga bulat.
Centro (centrosema pubescens)
Merupakan tanaman jenis leguminosa semak asal amerika selatan tropis yang memiliki fungsi sebagai tanaman penutup tanah, tanaman sela, dan pencegah erosi. Batang panjang, dan sering berakar pada bukunya, tiap tangkai berdaun tiga lembar berbentuk elips dengan ujung tajam dan bulu halus pada permukaannya, bunga berbentuk tandan berwarna ungu muda bertipe kupu – kupu.
Turi (sesbania grandiflora)
Turi merupakan tanaman bertipe tumbuh erect, tipe daun paripinate, tipe bunga kupu – kupu. Turi dapat tumbuh pada tanah yang tidak subur dan dapat tumbuh pada tanah yang banyak genangan air. Tumbuh hingga mencapai 10 meter. Turi biasanya dimanfaatkan sebagai pohon pelindung.
Randu (ceiba pentandra)
Randu merupakan pohon tropis yang tergolong ordo malvales dan famili malvaceae. Berasal dari bagian utara amerika selatan, amerika tengah, dan karibia. Tumbuh hingga ketinggian 60 – 70 m, akar menyebar horizontal di permukaan tanah, batang bercabang, kadang berduri.
Odot (pennisetum purpureum cv. molt)
Odot merupakan rumput gajah dengan varietas molt. Tinggi dapat mencapai 2 meter dengan buku ruas lebih pendek dari rumput gajah. Odot memiliki tribus paniceae, akar serabut, habitat erect dan mata tunas pendek.
Setaria (setaria sphacelata)
Setaria memiliki ciri – ciri yaitu berakar serabut, daun panjang dan melengkung, memiliki batasan daun diantara pucuk daun yang melengkung dan berwarna hijau. Setaria dapat dikembangkan dengan dengan cara merecah akarnya. Ciri khas dari rumput ini adalah pada bawah batangnya berwarna merah, rumput ini juga dapat bersimbiosis dengan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen.
Rumput Meksiko (euchlaena mexicana)
Rumput meksiko mudah tumbuh pada tanah yang lembab dan subur. Rumput ini tidak tahan terhadap kekeringan. Ciri – cirinya yaitu batang kaku dan tegak serta beruas pendek – pendek menyerupai tanaman jagung, tinggi dapat mencapai 5 meter, daun berwarna hijau dan kaku. Bunga berwarna kecoklatan berbentuk mayang seperti bunga jagung.
C. Silase
Berdasarkan hasil praktikum warna dari silase rumput raja diperoleh hasil berwarna kehijau-hijauan. Hal ini menunjukkan bahwa silase memiliki kualitas yang baik pada. Sesuai dengan pendapat Febrisiantosa (2007) yang menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berbau dan berasa asam. Ditambahkan oleh pernyataan Susetyo et al., (1980) menyatakan bahwa silase yang baik memiliki warna yang tidak jauh berbeda dengan warna bahan dasar itu sendiri, memiliki pH rendah dan baunya asam.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bau dari silase campuran rumput raja memiliki kualitas yang baik karena berbau harum. Sesuai dengan pendapat Utomo (1999) menambahkan bahwa aroma silase yang baik agak asam, bebas dari bau manis, bau ammonia, dan bau H2S. Silase dengan atau tanpa penambahan starter 24 memiliki aroma cenderung asam, sehingga setiap perlakuan yang berbeda tidak mempengaruhi aroma silase.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan jamur dari silase rumput raja diperoleh hasil itu baik tapi tidak baik sekali karena silase tersebut masi terdapat sedikit jamur. Hal ini sesuai dengan Departemen pertanian, 1980 silase yang berkualitas sangat baik tidak memiliki jamur dan yang baik ada sedikit jamur yang terdapat pada silase. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas silase seperti asal atau jenis hijauan, temperatur penyimpanan, tingkat pelayuan sebelum pembuatan silase, tingkat kematangan atau fase pertumbuhan tanaman, bahan pengawet, panjang pemotongan, dan kepadatan hijauan dalam silo. Ditambahkan oleh pendapat Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil pengamantan tekstur dari silase rumput raja diperoleh hasil saat di buka tekstur silase tersebut masih utuh, remah dan lembut. Hal ini sependapat dengan Zailzar et al. (2011) bahwa ciri-ciri silase yang baik yaitu berbau harum dan bertekstur remah.
Berdasarkan hasil praktikum tidak dilakuan pengukuran pH dari silase, memiliki pH 4,5 yang berarti kualitas silase baik, itu sesuai menurut Departemen Pertanian, 1980 yaitu silase yang baik memiliki pH 4,2-4,5 sedang silase yang sangat baik yaitu memiliki Ph 3,2 – 4, 2. Hal ini karena terjadi proses fermentasi. Nilai pH yang baik untuk pembuatan silase yang baik adalah 4,5 sedangkan kadar bahan keringnya berkisar 28—35% (Bolsen et al., 1978). Pengukuran pH silase dilakukan menggunakan pH meter digital setelah silase dipanen. Sebelum dilakukan penetapan pH, sampel diberi aquades dengan perbandingan antara sampel dan aquades adalah 1 : 10 (Nahm, 1992).
D. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plantula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun. Tujuan dari perkecambahan ini adalah untuk mengetahui daya tumbuh benih yang akan ditanam. Jadi dengan mengetahui persentase daya tumbuh, maka kebun atau tanah untuk area penanaman dengan luas tertentu dapat diketahui terlebih dahulu.
Proses perkecambahan dimulai ketika biji menyerap air. Air menyebabkan pecahnya lapisan luar biji dan mendorong hormon dan enzim aktif bekerja. Enzim akan mengambil oksigen untuk metabolisme sel, sehingga berlangsung proses oksidasi makanan dalam endosperm biji hasil pertumbuhan biji.
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi tingkat kemasakan benih, jenisbenih, ukuran benih, dormansi, dan penghambatan perkecambahan. Sedangkan faktor dari luar yaitu air, temperatur, oksigen, cahaya, dan media yang digunakan.
Kriteria kecambah normal yaitu kecambah yang mempunyai akar primer dan mempunyai minimal 2 akar seminal, hipokotil berkembang dengan baik tanpa ada kerusakan, pertumbuhan pumula sempurna, memiliki 2 kotiledon bagi tanaman dikotil, plumula berputar dan hipokotil membengkok.
Tujuan dari pengamplasan adalah untuk mempertipis kulit biji agar air dan oksigen bisa masuk kedalamnya. Hal ini terbukti bahwa pada biji turi yang dimplas menunjukkan adanya proses perkecambahan dengan baik.
Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh bahwa biji yang ditanam tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam perlakuan bibit sebelum ditanam.
E. Budidaya
Rumput kinggras sebagian besar ditanam sebagai rumput potong dan tidak cocok ditanam sebagai rumput padang penggembalaan. Pada praktikum budidaya yang dilakukan diperoleh hasil pertumbuhan rumput kinggras pada minggu pertama memiliki tinggi 17 - 20 cm, dan pada minggu kedua pengukuran dilakukan pada hari ke 10 didapatkan tinggi rata – rata 30 - 40 cm. Pertumbuhan rumput kurang maksimal dikarenakan pada saat penanaman hanya menggunakan media tanam dan pada masa perawatan tidak diberi pupuk.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput kinggras yang dilakukan yaitu faktor lingkungan, pemupukan, perawatan, suplai air, suplai cahaya, unsur hara, dan suhu.
Daun tanaman yang terakhir dilakukan pengamatan yaitu berjumlah 6 – 8 helai. Jumlah daun mempengaruhi pertumbuhan karena pada daun terjadi proses fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Laju pertumbuhan tanaman secara linear berhubungan dengan nilai substrat hasil fotosintesis yang tersedia untuk pertumbuhan. Hal ini tergantung pada jumlah jaringan fotosintesa. Tekanan cahaya bisa menimbulkan respon fisiologis seperti berubahnya ukuran daun dan tinggi tanaman. Selain itu tinggi tanaman akan lebih cepat naik pada tempat yang teduh atau ternaungi.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan :
1. Pada praktikum pengukuran daya tampung, dilakukan pemotongan rumput kinggras dengan tinggi pemotongan 10 cm di atas permukaan tanah. Hasil yang didapatkan dari 1 m2 sebanyak 7,215 kg.
2. Ada beberapa kelompok tanaman hijauan makanan ternak yaitu rumput (graminae), Leguminosa dan tumbuh – tumbuhan lainnya. Pada praktikum ini hijauan makanan ternak yang diamati yaitu : Rumput Gajah (pennisetum purpureum), Rumput Raja (pennisetum purpupoides), Rumput Bintang ( star grass), Brachiaria Brizanta, Lamtoro ( Leucaena Leuchepala), Gamal (Gliricidia Sepium), Putri Malu ( Mimosa Pudica), Centrosema Pubercent, Turi ( sesbania grandiflora), Randu (ceiba pentranda), Odot ( pennisetum purpureum cv. molt), Setaria, dan Rumput Meksiko (euchlaena mexicana).
3. Silase yang baik mempunyai ciri-ciri teksturnya tidak berubah, tidak menggumpal, berwarna hijau seperti daun direbus, berasa asam, berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan memiliki pH antara 4 sampai 4,5.
4. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio atau munculnya plantula (tumbuhan kecil dari dalam biji). Perubahan embrio saat perkecambahan umumnya adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plantula tumbuh dan berkembang menjadi batang dan daun. Tujuan dari perkecambahan ini adalah untuk mengetahui daya tumbuh benih yang akan ditanam.
5. Cara pengembangbiakan utama tanaman rumput adalah dengan vegetatif, transisi, dan reproduktif. Fase vegetatif, batang sebagian besar terdiri atas helaian daun. Leher helaian ddaun tetap terletak didasar batang, tidak terjadi pemanjangan selubung daun atau perkembangan kulmus, sebagai respon terhadap temperatur dan panjang hari kritis, meristem aplikal secara grandual berubah dari tunas vegetatif menjadi tunas bunga. Hal ini disebut induksi pembungaan. Fase perubahan ini disebut dengan fase transisi. Selama fase transisi helaian daun mulai memanjang. Fase reproduktif dimulai dengan perubahan ujung batang dai kondisi vegetatif ke tunas bunga (soetrisno et al., 2008).
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1983. Hijauan Makanan Ternak Potong, Kerja, dan Perah. Yogyakarta : Yayasan Kanisius.
Copeland, L. O. dan M. B. McDonald. 2001. Seed science and technology 4th edition. London : Kluwer Academic Publisher.
Hanson,A dan M.W. Evans Hughes. 1996. Healt Metcalfe (Eds) Forager. USA : Lowa State Universt Press.
Kamil, M. 1983. Tingkat Kesuburan Tanah untuk Pertanian Tropika. Jakarta: CV. Rajawali.
Mcllroy, R.J. 1964. Tropical Grassland husbandry. London: Oxford Univ. Press.
Parakkasi, Aminudin. 2009. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta : UI press.
Pratomo, B. 1986. Cara Menyusun Ransum Ternak. Yogyakarta : Poultry Indonesia.
Reksohadiprodjo, S. 1980. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Yogyakarta: BPFE.
Reksohadiprodjo, Soedomo. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Yogyakarta : Gadjah Mada University.
Ross, G. D. 1984. The Microbiology of Silage. Hawkesbury Agricultural Research Unit, New South Wales Departement of Agricultural, New Jersey.
Sapienza, D. A dan K. K. Bolsen. 1993. Teknologi Silase. Terjemahan : Martoyoedo RBS. Pioner-Hi-Berd International, Inc. Kansas State University, England.
Soetrisno, Djoko, Bambang S., Nafiatul U., Nilo Suseno. 2008. Ilmu Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta: Fakultas Peternakan UGM.
Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Bogor: Departemen ilmu makanan ternak, IPB.
Sutopo, A. 1988. Teknologi Benih. Jakarta: CV. Rajawali.
Sutaryono, Yusuf, dan Partridge Ian J. 2002. Mengelola padang rumput alam di indonesia tenggara. Lombok : Universitas Mataram.
Syarifuddin, N. A. 2001. Karakteristik dan Persentase Keberhasilan Silase Rumput Gajah pada Berbagai Umur Pemotongan. Fakultas Pertanian Universtas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Widyastuti, Y. 2008. Fermentasi Silase dan Manfaat Probiotik Silase bagi Rouminansia. Media Peternakan. 31 (3) : 225-232.
Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar