PENDAHULUAN
Dasar TeoriUntuk memperoleh karkas yang baik, prosessing perlu dilakukan di tempat pemotongan yang bersih dengan cara yang baik dan benar. Karkas yang baik adalah karkas yang besih, higienis dengan penampilan menarik.
Karkas ayam dibuat klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh (Rasyaf, 2003). Selama proses pengolahan akan terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher, kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah dengan siap masak itu 75% dari berat hidup (Rasyaf, 2003).
Persentase bagian non karkas pada ayam broiler untuk setiap umur berbeda-beda yaitu pemotongan 8 minggu persentase karkasnya untuk jantan 64,6%, kepala dan leher 6,5%, kaki 3,3%, hati 2,6%, ampela 4,4%, jantung 0,6%, usus 6,6%, darah 5,4%, dan bulu 6,0%. Untuk betina karkas 71%, kepala dan leher 4,8%, kaki 4,5%, hati 3,1%, ampela 5,6%, jantung 0,6%, usus 0,5%, darah 4,2% dan bulu 9,6% (Murtidjo, 2003).
Sekarang ini ayam broiler di pasarkan dalam bentuk potongan-potongan komersial. Proposal bagian-bagian karkas seperti paha memiliki persentase 10 %, sayap sebanyak 15 %, betis 17 % dan dada 30 % dari bobot karkas. Bagian bobot dada dan punggungnya dapat di belah dua, sehingga potongan karkas komersial berjumlah 10 bagian. Bobot karkas berbeda-beda untuk setiap umurnya seperti pada umur 8 minggu memiliki bobot karkas sekitar 1,995 gram dengan persentase bagian-bagian karkas yaitu lemak abdominal 4,3%, sayap 9,6%, betis 13,0%, paha 16,6%, dada bertulang 34,2% dan dada tanpa tulang 22,6% (Amrullah, 2002).
Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi misalnya 1% saja, Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi dan umumnya berbentuk tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).
Giblet atau jeroan merupakan hasil ikutan yang dapat dimakan, biasanya terdiri dari hati, jantung dan ampela. Hati merupakan organ yang berfungsi sebagai alat penyaring zat-zat makanan yang diserap sebelum masuk dalam peredaran darah dan jaringan-jaringan (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178), terdiri dari lobi kanan dan kiri yang hampir sama ukurannya, bagian tepinya secara normal adalah lancip dan bila terjadi pembesaran menjadi bulat (Mc Lelland, 1990 yang disitasi oleh Sajidin, 1998:9)
Hati unggas berwarna kecoklatan sampai coklat muda kekuningan dengan bobot 45 sampai 51 g atau 1,7 sampai 2,3 % dari bobot hidup (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178). Warna hati tergantung pada nutrisi, warna hati yang normal adalah coklat kemerahan atau coklat terang dan apabila makanan mengandung lemak tinggi warnanya menjadi kuning (Mc Lelland, 1990 yang disitasi oleh Sajidin, 1998:8).
Persentase hati pada pemotongan umur 8 minggu untuk broiler jantan adalah 2,6% dan untuk broiler betina adalah 3,1% sedangkan pada pemotongan umur 10 minggu untuk broiler jantan adalah 2,1% dan untuk broiler betina adalah 3,7% (Murtidjo, 1987:10).
Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi. Katup-katup jantung terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah mengalir kesalah satu jaringan saja (Frandson, 1992:438). Persentase bobot jantung yang normal berkisar antara 0,50 sampai 1,42% dari bobot hidup (Nickel et al., 1977 yang disitasi oleh Abubakar dan Nataamijaya, 1990:179). Pada pemotongan umur 8 minggu persentase jantung pada broiler jantan dan betina adalah 0,6% dan pada pemotongan umur 10 minggu untuk broiler jantan adalah tetap dan broiler betina menurun menjadi 0,4% (Murtidjo,1987:10).
Ampela merupakan otot yang tebal dan memiliki dua lubang kecil, lubang pertama untuk memasukkan makanan dari proventrikulus dan lubang kedua untuk melanjutkan makanan ke duodenum. Ampela seringkali dinamakan perut otot yang berfungsi untuk menghasilkan dan menggiling makanan kasar sebelum masuk ke usus (Abubakar dan Nataamijaya, 1999:178).
Ampela mempunyai otot-otot kuat yang dapat berkontraksi secara teratur untuk menghancurkan makanan sampai menjadi bentuk pasta yang dapat masuk ke dalam usus halus. Ampela biasanya mengandung grit (batu kecil dan pasir) yang akan membantu pelumatan biji-biji yang masih utuh (Tillman et al., 1991:192). Grit esensial untuk pencernaan yang optimum karena grit dapat meningkatkan pergerakan dan penggilingan ampela serta meningkatkan daya cerna bahan pakan kasar. Walaupun demikian, ada tidaknya grit tidak akan mempengaruhi pertumbuhan maupun reproduksi unggas (Sajidin, 1998:11).
Persentase ampela pada pemotongan umur 8 minggu untuk broiler jantan adalah 4,4% dan broiler betina 3,1% sedang pada pemotongan umur 10 minggu untuk broiler jantan adalah 4,4% dan broiler betina 4,2% (Murtidjo, 1987:10).
Tujuan
Mengetahui cara melakukan prosessing broiler
Mengetahui karkas ayam broiler
BAB II
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
MATERI PRAKTIKUM
ALAT
Pisau Scalpel dan Sticking/runcing
Timbangan
Talenan
Kompor dan Panci
BAHAN
Ekor Ayam Broiler
Air Panas
METODE PRAKTIKUM
Prosedur pemotongan Ayam
Menimbang ayam sebelum pemotongan untuk mengetahui bobot hidup ayam
↓
Memotong ayam pada bagian leher yaitu vena jugularis, arteri karotis dan eshopagus sampai terputus dan tampung darah yang keluar agar diketahui berat darah. Setelah ayam benar-benar mati, segera celupkan ayam dalam air panas 800 C selama 1 menit dan kemudian dilakuakan pencbutan bulu sampai bersih dan timbang ayam tersebut untuk mengetahu berat bulu.
↓
Mengeluarkan isi rongka perut (jeroan) dan timbang, isi rongga dada (jantung, hati dan empedal), pisahkan kepala sampai leher dan kaki (shank). Bersihkan alat pencernaannya dan timbang masing-masing organ dalam tersebut.
↓
Timbang karkas dan hitung presentase karkasnya.
Dengan rumus sebagai berikut:
Presentase karkas (%) = (A/B) x 100%
Dimana A = Bobot Karkas (gram)
B = Bobot hidup (gram)
Prosedur Pembagian Karkas Ayam
Lepaskan kaki dan kepala ayam
↓
Dalam posisi terlentang, tarik salah satu kaki ayam menjauhi tubuh, kulit diiris hingga sendi tulang (pangkal paha). Kaki ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian paha atau drumstick dan bagian tibia atau thigh.
↓
Kaki di bagi pada batas persendian menjadi dua bagian yaitu drumstik dan thigh.
↓
Sisa karkas pisahkan bagian punggung (batas antara tulang punggung tulang rusuk)
↓
Pisahkan bagian dada (breast). Kemudian pisahkan otot/daging dada (sasimi = pectoralis superficialis) yang biasa dipakai sebagai sampel dalam pengujian kualitas daging ayam
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Diketahu :
Berat ayam hidup (A) = 1,5 kg
Berat ayam mati (B) = 1,425 kg
Berat ayam tanpa bulu (C) = 1,4 kg
Berat Non Karkas
Berat Giblet = 41 g
Berat jeroan kotor = 109 g
Berat shank = 61 g
Kepala dan leher = 72 g
Jeroan bersih = 89 g
Berat Karkas
Paha kanan = 74 g
Paha kiri = 77 g
Paha atas kanan = 70 g
Paha atas kiri = 77 g
Sayap kanan = 61 g
Sayap kiri = 54 g
Dada = 427 g
Punggung = 236 g
Berat karkas total = 1076 g
PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum yang dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Peternakan Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang mana melakukan prosessing ayam broiler guna mengetahui bagaimana kualitas karkas itu baik dan layak dikonsumsi. Pemotongan ayam itu sendiri harus dilkukan dengan benar dan disembelih sesuai dengan kriteria halal. Ayam yang telah dipotong lalu dibului, pencabutan bulu secara manual yaitu dengan perendaman ke dalam air bersuhu 30 – 50°C agar mudah dibului. Dalam prosessing ini yang tidak termasuk ke dalam karkas adalah kaki dan leher. Karkas broiler adalah daging bersama tulang hasil pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher dan dari kaki sampai batas lutut serta dari isi rongga perut ayam. Karkas diperoleh dengan memotong ayam broiler kemudian menimbang bagian daging, tulang, jantung dan ginjal (Kamran, 2008). Aviagen (2006) menyatakan bobot karkas ayam broiler berkisar antara 1750-1800 gram atau 71-73% dari bobot badan. persentase ayam broiler siap potong menurut Bakrie et al. (2002), adalah 58,9%.
Karkas yang di dalamnya berisi berbagai organ tubuh ayam yang berupa hati, jantung, lifa, gizard, empedu, usus (duodenum, yeyenum, ileum), sekum dan rektuk dikeluarkan dari karkas. Hal ini berguna untuk melihat lemak abdoman yang melekat pada karkas broiler.
Lemak abdominal adalah lapisan lemak yang terdapat disekitar gizzard dan lapisan antara otot abdominal dan usus. Lemak abdominal yang merupakan kombinasi berat lemak abdomen dan lemak yang melekat pada ampela, sering dipergunakan sebagai petunjuk perlemakan ayam broiler. Lemak abdominal mempunyai korelasi yang tinggi dengan total lemak tubuh dan lemak pada berbagai depot (Soeparno, 1992:15).
Berat Darah = A-B
= 1,5 – 1,425
= 0,75 Kg
Berat Bulu = B-C
= 1,425 – 1,4
= 0,025 kg
Presentase Karkas (%) = Bobot Karkas x 100%
Bobot Hidup
= 1076 x 100%
1500
= 71,73 %
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dipeolehkesimpulan bahwa :
Komponen-komponen karkas terdiri atas paha, dada, sayap, punggung dankulit dengan lapisan lemaknya. Selain itu juga ada komponen non karkasterdiri dari kaki, sayap, kepala dan leher. Sedangkan isi dalam meliputiusus, gizzard, hati, jantung dan lain-lain.
Dari praktikum tersebut di dapatkan
Berat Non Karkas
Berat Giblet = 41 g
Berat jeroan kotor = 109 g
Berat shank = 61 g
Kepala dan leher = 72 g
Jeroan bersih = 89 g
Berat Karkas
Paha kanan = 74 g
Paha kiri = 77 g
Paha atas kanan = 70 g
Paha atas kiri = 77 g
Sayap kanan = 61 g
Sayap kiri = 54 g
Dada = 427 g
Punggung = 236 g
Berat karkas total = 1076 g
Berat darah yaitu 0,75 kg
Berat bulu yaitu 0,025 kg
Dan presentase karkas yaitu 71,73 %
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar R, Dharsana, Nataamijaya RG. 1998. Preferensi dan nilai gizi daging ayam hasil persilangan (pejantan buras dengan betina ras) dengan pemberian jenis pakan yang berbeda. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; Bogor, 1-2 Des 1998. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. 1998. hlm 779–785
Amrullah. I. K. 2006. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Srigandono B, Praseno K, penerjemah; Soedarsono, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr.
Nickel RA, Schummer, Seiferle E, Siller WG, Wight PHL. 1977. Anatomy of Domestic Bird. Berlin: Verlag Paul Parey.
Murtidjo, B.A. 1991. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekodjo S. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.