Kolibasilosis
Etiologi Kolibasilosis disebabkan oleh bakteri Escherischia coli yang tergolong Gram negative, tidak tahan asam, tercat uniform, merupakan basilus yang tidak membentuk spora dan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. E.coli bersifat motil karena memiliki flagella. E.coli disebut juga “ opportune pathogens” karena penyakit yang ditimbulkannya biasanya bersifat sekunder mengikuti stress atau penyakit lain, misalnya Gumboro. Bakteri ini tumbuh pada temperature 38-44 C atau lebih rendah. Bakteri E.coli yang bersifat pathogen memiliki struktur dinding sel yang disebut pili. Faktor virulensi bakteri ini dipengaruhi oleh ketahanan terhadap fagositosis, kemampuan perlekatan pada epitel saluran pernafasan, dan ketahanan terhadap daya bunuh serum. Serotipe yang paling sering menyebabkan penyakit pada unggas antara lain 01,02,035, dan 078.
Cara penularan Infeksi E.coli dapat menyerang ayam muda maupun ayam dewasa. Penyakit ini biasanya ditemukan pada lingkungan yang kotor dan berdebu atau pada kelompok ayam yang terserang penyakit immunosupresif atau stres lingkungan. Bakteri ini dapat ditemukan pada litter, kotoran ayam, debu/kotoran dalam kandang dan lingkungan, pakan dan air minum. Penularan dapat secara kontak langsung antara ayam yang sakit dengan ayam yang sensitive. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi melalui kontak antara ayam yang sensitive dengan bahan-bahan tercemar oleh leleran tubuh atau feses penderita kolibasilosis. Penularan biasanya terjadi secara oral melalui pakan, minuman atau debu yang tercemar oleh E.coli. Debu atau kotoran yang telah terkontaminasi E.coli dapat terhirup melalui saluran pernafasan dan mungkin akan terjadi infeksi pada saluran tersebut.
Gejala Klinis pada anak sapi, dikenal 3 (tiga) bentuk colibacillosis pada anak sapi yang masing-masing dapat berdiri sendiri atau bersama-sama, sebagai berikut : (1) Enteric-toxaemic colibacillosis. Anak sapi yang terserang dapat kolaps dan akhirnya mengalami kematian dalam waktu 2-6 jam. Gejala Klinis yang menonjol adalah koma, suhu normal, selaput lendir pucat, sekitar mulut basah, denyut jantung tak teratur dan lambat, disertai gerakan konvulasi ringan, tidak disertai diare; (2) Septicaemic colibacillosis. Sering dijumpai pada anak hewan berumur sampai 4 hari. Penyakit ini bersifat akut, kematian dapat terjadi dalam 24-96 jam tanpa gejala-gejala klinis yang jelas. Bila terdapat tanda-tanda klinis, hewan akan menjadi lemah dan depresi, tidak nafsu makan, suhu tubuh dan denyut jantung yang semula naik dengan cepat menurun hingga subnormal berbarengan dengan adanya diare. Gejala lain yang mungkin dilihat antara lain lumpuh, sendi bengkak dan sakit, miningitis diikuti dengan panophthalmitis; (3) Enteric colibacillosis. Paling sering dijumpai pada anak sapi umur seminggu sampai 3 minggu. Feses encer atau serupa pasta, berwarna putih sampai kuning dan mengandung noda darah. Feses berbau tengik serta mengotori sekitar anus dan ekornya. Denyut nadi dan suhu tubuh naik mencapai 40,5°C. Penderitaan terlihat apatis, lemah, berhenti minum dan secara cepat mengalami dehidrasi. Pada palpasi perut ditemukan reaksi nyeri. Tanpa pengobatan, hewan dapat mati dalam waktu 3-5 hari.
Pada kejadian colibacillosis jangan lupa untuk memperhatikan terhadap kemungkinan peradangan pusar dan jaringan sekitarnya. Gejala Klinis pada anak Domba. Manifestasi penyakit pada anak domba hampir selalu sama dalam bentuk septisemik yang perakut, walaupun beberapa menunjukkan bentuk enterik yang kronik. Dua kelompok umur yang rentan terhadap penyakit yaitu anak domba umur 1-2 hari dan umur 3-8 minggu. Kejadian perakut ditandai dengan kematian mendadak tanpa gejala klinis. Kejadian akut ditandai dengan jalan kaku pada awalnya, kemudian hewan rebah. Terdapat hyperaestesia dan konklusi tetanik. Kejadian kronik ditandai dengan arthritis. Gejala Klinis pada anak Babi. Gejala yang terlihat berupa depresi, anoreksia, demam yang berlangsung beberapa hari dan diare. Selain itu ditemukan kulit sedikit kebiruan. Babi terserang biasanya dalam kondisi bagus dengan mendapat ransum yang terdiri dari biji-bijian. Perubahan mendadak baik dalam pemberian pakan atau pengelolaannya, mengundang timbulnya penyakit ini.
Pengobatan. Untuk pengobatan colibacillosis, bermacam-macam antibiotik diketahui memberikan hasil baik terhadap kejadian colibacillosis, diantaranya tetracycline, neomycin dan streptomycin. Kebiasaan memberikan antibitik kepada anak ternak sering menimbulkan resistensi. Pemberian antibiotik pada ternak potong dihentikan sekurang-kurangnya 7 hari sebelum dipotong. Selain pemberian antibiotik atau sulfonamide, obat-obatan penunjang lainnya, sebaiknya diberikan juga infus dengan NaCl fisiologis. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan. Dalam hal ini, hindari keadaan penuh sesak di kandang, usaha ternak terbagi dalam kelompok kecil dan terdiri dari umur yang sama. Pengendalian colibacillosis pada anak ternak adalah dengan manajemen kandang dan hygiene yang baik. Lantai kandang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Disinfektan kandang dilakukan setiap ada pergantian kelompok ternak. Tempat pakan dan air minum diletakkan sedemikian rupa sehingga terhindar dari pencemaran feses. Untuk anak sapi yang baru lahir harus segera mendapatkan kolustrum. Tempat pakan dan minum segera disucihamakan setiap habis dipakai. Pemberian pakan atau minum pada anak-anak sapi oleh pekerja hendaknya dilakukan dari luar kandang untuk mencegah kemungkinan infeksi melalui sepatu, pakaian ataupun peralatan kandang lainnya. Sedangkan ternak baru harus dilakukan tindakan karantina dan lebih baik lagi disertai pengobatan profilaktik pada saat kedatangan. Sebaiknya dihindari pembelian ternak baru umur muda. Bagi peternakan yang sering mengalami kejadian colibacillosis dapat dianjurkan untuk melakukan vaksinasi pada induk 2-4 minggu menjelang partus (dengan vaksin autagenous) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian yang biasanya tinggi dan mendadak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar