Kamis, 22 Maret 2018
handyvraft fiberglass dengan bahan alternatif tepung tulang
RINGKASAN
Handycraft fiberglass dari tepung tulang, merupakan produk inovasi baru yang menggabungkan beberapa unsur bidang dan nilai suatu produk, yakni bidang kesenian dan peternakan. Padanya dapat terlahir suatu produk yang memiliki nilai estetika dan emosional yang mampu memenuhi kebutuhan rohani seseorang. Sehingga produk ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya; 1) Ramah lingkungan, karena dalam pembuatan produk ini melibatkan unsur limbah sebagai salah satu bahan bakunya. 2) Produk yang dihasilkan lebih kuat. 3) Produk bersifat “custom”, yakni dapat mengikuti aliran dan emosional konsumen, atau konsumen dapat memilih suatu hasil produk sesuai dengan keinginan.
Kata kunci: fiberglass, tepung tulang, custom.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Handycraft merupakan salah satu produk yang memiliki daya ikat yang cukup kuat tanpa mengenal batasan umur. Contoh handycraft tersebut mulai terdiri dari bandol kunci, asesoris, hiasan interior, bahkan sampai bodi motor atau “bumper” mobi. Dewasa ini banyak kreator yang mencoba memenuhi harapan pasar tersebut. Karena berangkat dari sifat fisik dan emosionalitas barang ini, menjadikan handycraft mampu masuk diberbagai ruang dalam tatanan kehidupan ekonomi sosial masyarakat.
Handycraft dapat dibuat dengan banyak cara dan bahan baku yang begitu banyak dan mudah untuk diperoleh di lingkungan sekitar. Mulai dari bahan organik sampai bahan anorganik, sebagai contoh handycraft berbahan organik yang berbahan dasar kayu, daun, akar, buah, atau hasil samping suatu tanaman, serta pelepah pisang. Bahan baku tersebut sangat mudah didapat disekeliling kita dan dengan harga yang relatif murah. Selain itu, bahan dasar handycraft berupa bahan anorganik atau kimia antara lain bahan untuk membuat kaca, akrilik, plastic dan fiberglas.
Fiberglass mampu digunakan untuk membuat handycraft karena sifat bahannya yang fleksibel dan memiliki daya tahan fisik yang kuat. Bahan-bahan tersebut terdiri dari; resin dan katalis yang merupakan syarat pokok dalam pembuatan fiberglass, sedang untuk membuat produk tertentu dengan spesifikasi tertentu perlu penambahan bahan antara lain talk, mat, pigment (pewarna), aseton (pengencer resin), dan erosil (perekat matagar).
Berangkat dari pemikiran ini, penulis mencoba berpartisipasi dalam pengadaan handycraft sebagaimana keberadaannya selalu dinantikan masyarakat. Melalui pemanfaatan tepung tulang sapi sebagai subtituen dari talk, produk yang akan dibuat adalah handycraft berupa asesoris, hiasan rumah, hingga bodi motor yang pada dasarnya produk bersifat “custom”. Mengingat permintaan handycraft yang tidak ada batasan baik umur seseorang, gender, sampai inovasi yang ditawarkan. Disisi lain keberadaan tepung tulang sapi sangat melimpah, sehingga bisa dimanfaatkan untuk produk ini. Dengan demikian, kami akan membuat produk handycraft yang berbahan baku tepung tulang sapi sebagai subtituen talk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang ada adalah bagaimana menjadikan tepung tulang sapi sebagai subtituen dari talk dalam pembuatan handycraft.
C. Manfaat
Manfaat yang akan didapat dari kegiatan ini adalah mahasiswa mampu membentuk pusaran ekonomi berbasis usaha mikro dengan pengolahan tepung tulang sapi sebagai subtituen talk dalam fiberglass menjadi produk handycraft. Manfaat yang kedua adalah ketersediaan tepung tulang sapi yang cukup melimpah dapat bermanfaat untuk bidang lain, sehingga pengelolaannya semakin optimal. Manfaat yang ketiga adalah membuka lapangan pekerjaan sebagai motor dalam melawan arus masyarakat ekonomi asean. Produk yang akan kami buat yaitu handycraft. Jadi produk yang dihasilkan dapat berupa bandol kunci, asessoris, hiasan interior, bahkan sampai bodi motor atau bumper mobil
D. Luaran
Produk Handycraft fiberglass tepung tulang sapi
Produk yang dapat dihasilkan dari fiberglass tepung tulang sapi ini antara lain; hiasan interior, asessoris, bahkan sampai bodi motor atau bumper mobil. Pada dasarnya produk ini bersifat “custom” yakni dapat mengikuti kehendak konsumen. Selain itu produk ini merupakan produk yang ramah lingkungan karena talk yang digunakan merupakan bahan organik.
MARKET
Market menjadi suatu ujung tombak dari sebuah usaha, market juga sebagai hilir dari alur usaha. Market meliputi segmentasi, pangsa, competitor, dsb.
Keunikan Produk
Handycraft fiberglass dari tepung tulang, merupakan produk inovasi baru yang menggabungkan beberapa unsur bidang dan nilai suatu produk, yakni bidang kesenian dan peternakan. Padanya dapat terlahir suatu produk yang memiliki nilai estetika dan emosional yang mampu memenuhi kebutuhan rohani seseorang. Sehingga produk ini memiliki banyak keunggulan, diantaranya:
Ramah lingkungan, karena dalam pembuatan produk ini melibatkan unsur limbah sebagai salah satu bahan bakunya.
Produk yang dihasilkan lebih kuat
Produk bersifat “custom”, yakni dapat mengikuti aliran dan emosional konsumen, atau konsumen dapat memilih suatu hasil produk sesuai dengan keinginan.
Segmen Pasar
Sifat Handycraft adalah pemenuhan sisi emosional seseorang, sehingga tidak mengenal batasan umur dan gender. Begitu pula dengan produk ini, handycraft fiberglass berbahan tepung tulang sapi ini memiliki pangsa pasar yang luas, mulai dari anak – anak hingga orang tua, baik laki – laki maupun perempuan.
Pangsa Pasar
Produk handycraft berbahan tepung tulang sapi ini memiliki segmen pasar yang cukup luas, sifat produk yang akan disasar tidak mengenal batasan umur dan gender, karena sifat produk yang akan dihasilkan bersifat “custom”. Handycraft berbahan tepung tulang sapi ini belum ada dipasaran sehingga diharapkan mampu diserap pasar lebih dari 30% dari total produk handycraft yang ada.
RENCANA PRODUKSI
Investasi
Memproduksi suatu produk diperlukan serangkaian alat untuk menunjang kesuksesan. Demikian pula dengan proses pembuatan handycraft berbahan tepung tulang sapi ini, investasi yang diperlukan diantaranya:
Kompresor beserta paketnya (selang dan spray gun)
Baskom
Alat – alat K3 (masker, kacamata, sarung tangan, wearpack, topi, sepatu)
Kuas
meja
Bahan Baku
Bahan baku merupakan suatu unsur yang paling pokok dalam sebuah rangkaian produksi untuk menghasilkan suatu produk. Sebagaimana handycraft fiberglass berbahan tepung tulang sapi, bahan baku yang harus tersedia antara lain:
Tepung tulang sapi
Resin
Katalis
Matagar
Untuk menunjang produksi, perlu adanya bahan tambahan berupa; cat, clear, dan minyak goreng.
Proses Produksi
Proses produksi merupakan serangkaian langkah dalam memproduksi suatu produk. Dimana proses ini harus teratur dari awal hingga akhir, dalam pembuatan handycraft ini, proses produksi yang harus dilakukan sebagai berikut. Sebagai contoh pembuatan casing HP, untuk membuat produk ini, langkah yang akan dilakukan antara lain:
Lakukan pengemalan dengan casing HP yang akan dibuat dengan menggunakan matagar yang di rekatkan dengan resin.
Setelah mal casing HP jadi lakukan pencetakan casing dengan mencampurkan resin, katalis dan tepung tulang.
Aduk secara merata.
Siap dicetak dengan mal casing HP tadi.
Setelah kering dapat dipisahkan dari mal casing HP tersebut.
Produk handycraft ini merupakan produk ramah lingkungan karena salah satu bahan yang dipakai merupakan bahan organik, yakni tepung tulang. Disisi lain, karakter produk ini memiliki keunggulan kekuatan produk yang lebih baik.
Selasa, 13 Maret 2018
pelayuan daging agar lebih empuk dan menghambst perkembangan mikrobia serta menghindari kerusakan daging
Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak serta zat yang lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Usaha untuk meningkatkan konsumsi protein hewani sangatlah penting, karena protein hewani mudah dicerna dan nilai gizinya lebih baik dibandingkan dengan protein nabati. Hewan yang umumnya diambil dagingnya untuk dikonsumsi adalah hewan ternak seperti sapi, babi, kambing, domba, dan kerbau. Namun di beberapa negara, sumber daging juga berasal dari hewan seperti unta, yak, kangguru, rusa,kuda dan juga reptil. Dalam pengertian yang lebih luas, dsging jugs meliputi bagian dari unggas dan ikan.
Daging dapat diartikan sebagai jaringan otot dari hewan yang telah disembelih dan telah mengalami perubahan post mortem. Ada pula yang mendefinisikan bahwa daging merupakan sekumpulan otot dari karkas hewan. Karkas merupakan bagian tubuh ternak yang telah disembelih, dikuliti dan dihilangkan bagian isi perut serta kepala dan bagian kaki bawahnya. Daging merupakan bagian dari karkas, namun tidak termasuk lemak (yang terdapat di bawah kulit maupun yang melindungi organ bagian dalam), yang juga sering disebut dengan lean meat. Proporsi lean meat dari karkas berbedda – beda pada setiap jenis ternak, 35% pada sapi, 45% pada babi, 38% sapi muda, dan 35% pada domba.
Hewan yang baru di sembelih dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan – perubahan sehingga jaringan otot menjadi keras, kaku, dan tidak mudah digerakkan. Keadaan inilah yang disebut rigor mortis. Dalam kondisi rigor mortis, daging menjadi lebih alot dan keras dibandingkan dengan sewaktu baru dipotong. Oleh karena itu, jika daging dalam keadaan rigor mortis dimasak akan alot dan tidak nikmat. Untuk menghindarkan daging dari rigor, daging perlu dibiarkan untuk menyelesaikan proses rigor nya sendiri. Proses tersebut dinamakan proses aging (pelayuan).
Pelayuan adalah penanganan daging segar setelah penyembelihan dengan cara menggantung atau menyimpan selama waktu tertentu pada temperatur di atas titik beku daging (-1,500C). Selama pelayuan, terjadi aktivitas enzim yang mampu menguraikan tenunan ikat daging. Daging menjadi lebih dapat mengikat air, bersifat lebih empuk, dan memiliki flavour yang lebih kuat. Daging bisa dilayukan dalam bentuk karkas atau setengah karkas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi luas permukaan yang dapat diinfeksi oleh mikroba,proses pelayuan dibantu sinar ultraviolet.
Daging akan berubah menjadi empuk apabila dilayukan, hal ini karena selama proses pelayuan terjadi perubahan – perubahan pada protein intra dan ekstra seluler sehingga proses autolisis pada daging menghasilkan daging yang lebih empuk, lebih basah, dan flavour lebih baik.
Fungsi pengempukan daging dengan pelayuan merupakan fungsi dari waktu dan temperatur. Pada temperatur yang tinggi akan menghasilkan tingkat keempukan tertentu dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan pada temperatur rendah. Keempukan juga dapat ditingkatkan dengan perlakuan pendinginan, perlakuan enzim dan perebusan.
Setelah ternak mati dan daging mengalami rigor mortis, ikatan struktur miofibril dilonggarkan oleh enzim proteolitik, rusaknya komponen protein dari miofibril dapat meningkatkan keempukan daging. Denaturasi protein pada pelayuan terjadi karena pH yang rendah, temperatur diatas 250C atau dibawah 00C, adanya desikasi. Pada pelayuan protein miofibril dan sarkoplasma mengalami denaturasi sedangkan kolagen dan elastin tidak terdenaturasi. Denaturasi protein akan menyebabkan daya ikat air daging turun sehingga daging akan mengalami kehilangan cairan daging atau weep. Titik minimum daya ikat air pada pH 5,4 – 5,5. Pelayuan dapat menurunkan daya putus WB (Warner Blatzer), sehingga dapat meningkatkan keempukan daging, nilai daya putus WB merupakan indeks tingkat kealotan miofibrilar dari daging.
Pelayuan dapat meningkatkan daya ikat air pada berbagai macam pH karena terjadinya perubahan hubungan air – protein, yaitu peningkatan muatan melalui absorbsi ion K dan pembebasan ion Ca, tetapi penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan daya ikat air dan terjadinya perubahan struktur otot. Walaupun pelayuan dapat meningkatkan daya ikat air tetapi sangat dipengaruhi oleh pH dan pada akhirnya daging kehilangan cairannya. Pelayuan pada temperatur (0 – 1)0C selama 21 hari dapat meningkatkan daya ikat air dan keempukan daging sapi serta menurunkan susut masak (cooking loss) dan penyusutan daging.
Karkas sapi biasanya dilayukan dalam waktu sekitar 2 X 24 jam. Untuk memperoleh daging yang memiliki keempukan optimum dan cita rasa yang khas, pelayuan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi atau dengan waktu yang lebih lam, misalnya suhu 2 – 400C selama 7 – 8 hari atau suhu 200C selama 40 jam. Biasa juga dilakukan pada suhu 430C selama 24 jam.
PEMBAHASAN
Pada dasarnya kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, termasuk bahan aditif (hormon, anti biotik, dan mineral) dan stres. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, dan anti biotik, lemak intramuskular, dan metode penyimpanan. Jika salah satunya tidak diperhatikan seperti pemberian pakan contohnya, maka ini akan dapat menurunkan kualitas dari pada daging tersebut (lawrie,R.A, 1979).
Selama postmortem kerusakan dapat terjadi karena adanya kontaminasi oleh mikroorganisme serta kerusakan kimiawi, biologis dan fisik. Awal kontaminasi mikroorganisme pada daging berasal dari lingkungan sekitarnya dan terjadi pada saat pemotongan, hingga dikonsumsi. Pada umumnya sanitasi yang terdapat di rumah-rumah potong belum memenuhi persyaratan kesehatan daging sesuai standar yang telah ditetapkan. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme awal pada daging sudah tinggi. Selain itu penyimpanan daging di rumah potong dan di pasar-pasar umumnya belum menggunakan alat pendingin, di mana daging hanya dibiarkan terbuka tanpa dikemas dalam temperatur kamar. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan perkembangbiakan mikroorganisme semakin meningkat yang mengakibatkan kerusakan atau pembusukan daging dalam waktu singkat. Hewan yang baru di potong, dagingnya lentur dan lunak, kemudian terjadi perubahan-perubahan di mana jaringan otot menjadi keras, kaku dan tidak mudah digerakkan (Costa, 2011).
Setelah exsanguination, glikolisis tanpa oksigen berlanjut dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil dari glikolisis anaerobik. Hal ini menyebabkan penumpukan asam laktat dan karena itu terjadi penurunan pH. Dalam lingkungan yang normal, otot-otot mulai mengalami proses rigor mortis disebabkan oleh kekakuan yang terjadi dari cross-linking yang disebut aktomyosin, terbentuk antara aktin dan myosin. Kekakuan dimulai pada nilai pH daging yang normal 5,7-5,8 (Hannula dan Puolanne, 2004). Selama tahap pertama dari proses Rigor mortis fase penundaan, dalam otot masih kaku karena tersedia ATP dengan Mg2+, yang membantu untuk memutuskan ikatan aktin/myosin cross dan pada gilirannya memungkinkan otot-otot untuk merenggang. Kreatin fosfat habis selama fase ini, yang menghambat fosforilasi ADP menjadi ATP. Hal ini menyebabkan penurunan tajam dalam produksi ATP, yang merupakan sinyal awal fase timbulnya kekerasan, karena masih tersedia sedikit ATP sehingga dapat memecah ikatan aktin dan myosin, otot tidak dapat rileks dan menjadi kaku (Aberle et al., 2001).
Karkas dari hasil pemotongan umumnya mempunyai temperatur yang tinggi, yaitu sekitar 39°C. Hal ini harus segera diturunkan untuk menghindarkan perubahan-perubahan yang menyebabkan terjadinya kerusakan daging, oleh karena itu karkas harus segera disimpan dalam ruang pendingin yang disebut dengan proses pelayuan. Pelayuan disebut juga aging, conditioning atau hanging, yaitu dengan menggantungkan karkas selama waktu tertentu di dalam ruangan dengan temperatur diatas titik beku karkas (-1,5° C). Pelayuan biasanya dilakukan pada ruangan pendingin dengan temperatur pada kisaran 15° - 16° C selama 24 jam, atau dapat pula dilakukan pada kisaran temperatur 0° - 3° C dengan waktu yang lebih lama. Selama proses pelayuan terjadi proses autolisis, yaitu perombakan tenunan daging oleh enzim yang terdapat di dalam daging, sehingga daging menjadi lebih empuk dan berkembangnya flavor daging yang lebih baik (Rachmawan, 2001). Karkas sapi memerlukan pelayuan, karkas domba atau kambing bisa tidak dilayukan, karena dagingnya relatif sudah empuk bila ternak dipotong pada umur yang relatif mudah, dan proses kekakuan berlangsung dalam waktu yang relatif lebih cepat. Demikian pula karkas unggas, tidak memerlukan pelayuan seperti karkas ternak ruminansia besar. Karkas babi, karena lapisan lemaknya tidak stabil yaitu mudah mengalami proses ransiditas oksidatif, maka pelayuan yang lama (misalnya lebih dari 24 jam), tidak akan memberikan hasil yang menguntungkan (Suparno, 2005)
Perkembangan mikroorganisme dalam daging sangat cepat. Mikroba patogen yang biasanya mencemari daging antara lain : E. Coli, Salmonella sp. dan Stahpylococcus sp. yang merupakan kontaminan utama pada daging sapi dan unggas segar (Ho. Et al., 2004 ; Usmiati, 2010). Oleh karena itu, daging harus segera disimpan dalam ruangan dengan temperatur rendah. Ruang pendingin untuk daging biasanya diatur pada kisaran -40 – 00 C, sehingga diharapkan temperatur di dalam daging pada kisaran 20 – 50C. Pada temperatur penyimpanan ini, kualitas daging dapat dipertahankan selama 8 hari. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju pendinginan daging, yaitu : (a) panas spesifik daging, (b) berat dan ukuran daging, (c) jumlah lemak pada permukaan daging, (d) jumlah daging dalam ruang pendingin, (e) temperatur alat pendingin (Rachmawan, 2001).
KESIMPULAN
1. Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, lemak intramuskular, dan metode penyimpanan.
2. karkas dari pemotongan hewan sebaiknya segera diturunkan untuk menghindari terjadinya perubahan – perubahan yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan daging.
3. untuk menghindari perkembangan mikroorganisme yang sangat cepat dalam daging, maka daging harus segera di simpan dalam ruangan temperatur rendah.
Jumat, 02 Maret 2018
embriologi unggas
EMBRIOLOGI PADA AYAM
Organ Reproduksi Betina
1. Ovarium
Ovarium terletak pada daerah cranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan yolk. Ovarium terdiri dari 2 lobus besar yang banyak mengandung folikel. Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkembang dan sekitar 1000 – 3000 folikel yang berwarna putih.
Ovarium kiri yang fungsional.
Folikel unggas merupakan bangunan yang paling cepat pertumbuhannya terutama yang terdapat pada golongan vertebrata tingkat tinggi. Dimulai dari bangunan dengan garis tengah kurang dari 1 mm dengan berat kurang dari 100 mg, ovum akan mencapai ukuran masak dengan berat 18 – 20 g dalam waktu 9 hari. Untuk ih.pengangkutan dan penimbunan materi kuning telur ke dalam ovum, maka dikembangkanlah sustu sistem sirkulasi yang kompleks. Ciri utama sistem ini adalah suatu pengembangan suplai venosa yang sedemikian luas, yang tersusun dalam tiga lapisan konsentrik di sekitar folikel, serta berakhir dengan jala-jala kapiler venosa yang sangat halus yang membungkus ovum yang sedang tumbuh.
Setelah mengalami ovulasi folikel yang kosong akan mengkerut, namun masih dapat diamati dalam waktu yang cukup lama. Pada unggas tidak terdapat bangunan yang dapat dibandingkan dengan corpus luteum pada mamalia, tetapi folikel yang kosong rupanya memainkan peranan pada siklus reproduksi ayam.
Ovarium kanan yang rundimenter.
Pada sebagian besar bangsa unggas hanya mempunyai ovarium kiri yang fungsional. Pada waktu embryo,ovarium kanan ditemukan dan secara makroskopis masih dapat dilihat sampai beberapa hari setelah menetas. Pada unggas yang dewasa, bangunan ini hanya tinggal sebagai sisa-sisa jaringan yang hanya dapat dilihat secara makroskopis. Apabila ovarium kiri yang fungsional disingkirkan atau dihilangkan dengan proses pembedahan atau rusak karena penyakit, maka rudimen kanan membesar dan menjadi berfungsi.
2. Saluran
a. Infundibulum
infundibulum merupakan saluran reproduksi yang berbentuk corong. Infundibulum merupakan saluran yang berfungsi untuk menampung folikel dan yolk saat ovulasi. Panjang infundibulum mencapai 9 cm, yang mampu mengsekresikan sumber protein yang sudah diterima selama 15-20 menit. Yolk kemudian diteruskan ke magnum.
b. Magnum
magnum merupakan saluran lanjutan dari infundibulumdengan fungsi untuk membentuk putih telur. Lamanya sekitar 3-4 jam. Magnum merupakan saluran paling panjang dari oviduct yaitu sekitar 33 cm.
c. Isthmus
isthmus merupakan organ lanjutan dari magnum, setelah pembentukan putih telur dilanjutkan dengan pembentukan selaput telur. Fungsi dari isthmus juga dapat memisahkan putih telur dengan kuning telur selama 1-2 jam tergantung kondisi ayam.
d. Uterus
uterus merupakan saluran lanjutan dari isthmus. Fungsi dari uterus yaitu membentuk kulit telur. Pembentukan kerabang telur ini selama sekitar 20 jam.
e. Vagina
vagina merupakan salah satu saluran yang tidak melakukan sekresi dalam pembentukan telur, kecuali dalam pembentukan kutikula. Fungsi nya yaitu membantu pengeluaran telur. Vagina dilintasi telur selama 3-4 menit dan setelah 30 menit akan mengalami peneluran kembali sehingga terjadi ovulasi.
Alat reproduksi ayam betina
Spermatozoa
Spermatozoa dideposisi pada ujung caudal vagina. Perjalanan ke infundibulum selama 1 jam. Transport sperma merupakan daya gerak sperma dan pergerakan berlawanan dengan aliran air (rheotaxis). Fertile life kurang dari 32 jam. Tersimpan dalam lipatan (cripta vagina).
Fertilisasi
Fertilisasi merupakan suatu proses penyatuan atau fungsi dari dua sel gamet yang berbeda, yaitu sel gamet jantan dan betina untuk membentuk satu sel yang disebut zygote. Fertilisasi terjadi di infundibulum pada saat 10 menit setelah ovum diovulasikan.
Perkembangan embrio ungags
Cleavage terjadi setelah terbentuk zigot. Proses cleavage :
I. Meridional (5jam) sebanyak 2 sel
II. Tegak lurus pembelahan I sebanyak 4 sel
III. Sejajar pembelahan I sebanyak 8 sel
IV. sejajar pembelahan II sebanyak 16 sel
V. melingkar sebanyak 32 sel.
Animal pole cleavage meningkat ke epiboli, sel blastomer terdesak ke kiri dan kanan vegetal pole, bagian tengah terangkat (blastoderm) kemudian blastoderm melekat yolk dan blastosul (akhir pembelahan).
Zone of junction ke margin of overgrowth ke invaginasi ke celah pada blastosul meluas dan menekan margin of overgrowth dan delaminasi endoderm.
Delaminasi endoderm pada zone of junction, bagian tengah blastoderm terpisah dan membentuk blastosul dan gastrosul yang dibagi menjadi dua yaitu bagian tepi (area opaca) dan bagian tengah (area embrionik).
16 jam inkubasi:
Primitive streak terdiri dari primitive groove (celah), primitive ridge (fold/gerigi), primitive pit (anterior), primitive plate (posterior).
Bagian anterior primitive streak (primitive pit) menuju hense’n node disine ada indikasi perkembangan saraf, kemudian peluncuran lapisan mesoderm (lateral/medial), kemudian somite mesoderm (1-11/2 jam) terbagi menjadi 3 yaitu dermatom, myotom, sklerotom.
24 jam inkubasi
Bermula pada anterior hensen’s node kemudian terangkat, kemudian neural fold, terbentuk celah dan bergerak ke posterior neural groove.
33 jam inkubasi :
Head process tetap berlangsung, bagian kepala (anterior) disebut head fold, bagian ekor (posterior) disebut tail fold, pengangkatan kepala ke kantong dan ke sub cephalic pocket.
48 jam inkubasi :
Otak terbagi menjadi 3 bagian yaitu prosencephalon, mesencephalon, rhombencephalon. Terdapat vena vitelina, dan jantung mulai berkembang.
72 jam inkubasi :
Jantung mulai tersekat. Otak 5 lekukan yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, myelencephalon, metencephalon. Arteri terletak di bawah dan vena terletak di atas. Endoderm mulai berkembang.
Langganan:
Postingan (Atom)