PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu merupakan makanan sumber protein hewani yang berasal dari sapi sedang laktasi. Susu mempunyai nilai gizi tinggi yang yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein,lemak, hidrat arang, vitamin, dan mineral. Protein susu mempunyaimnilai biologis tinggi karena mengandung asam amino essensial yang lengkap dan seimbang sehingga lebih mudah dicerna tubuh.
Nilai biologis susu yang tinggi menyebabkan susu mudah terserang mikroorganisme, sehingga susu mudah rusak dan tidak tahan lama disimpan dalam bentuk segar. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pengolahan lanjutan untuk susu menjadi produk yang lebih tahan lama namun tidak merusak nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
Yoghurt merupakan salah satu bentuk pengolahan lanjutan dari susu yang dapat meningkatkan daya simpan susu dan juga meningkatkan nilai gizi yang terkandung didalamnya. Yoghurt dibuat dengan memeram susu yang diinokulasikan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat yang dapat digunakan sebagai starter untuk inokulasi yoghurt adalah lactobacillus bulgarius dan streptococcus thermophilus.
Penggunaan bakteri asam laktat sebagai starter yoghurt menyebabkan yoghurt yang dihasilkan menjadi asam. Proses fermentasi selain memberi efek pengawetan juga merubah rasa susu menjadi asam juga merubah struktur dan cita rasa susu. Hal ini membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna, dan bergizi. Penambahan bahan lain seperti ekstrak buah, kacang, dan flavour dapat dilakukan untuk menambah cita rasa yoghurt agar lebih menarik.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum pembuatan yoghurt yaitu :
1. mahasiswa dapat mengetahui dan dapat membuat yoghurt.
2. mahasiswa dapat mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan yoghurt.
Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan praktikum ini adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai pengolahan lanjutan untuk susu menjadi produk yang lebih tahan lama namun tidak merusak nilai gizi yang terkandung di dalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yoghurt merupakan minuman berasal dari air susu yang telah mengalami proses fermentasi dengan menggunakan jasa mikroba (SNI, 1992). Proses fermentasi tersebut dapat mencegah pertumbuhan mikroba patogen dalam produk yang dihasilkannya, meningkatkan nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bahan asalnya dan dapat memecah laktosa susu menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga mudah dicerna, juga terjadi penambahan beberapa vitamin seperti riboflavin, vitamin B12, dan provitamin A yang disintesis oleh mikroba pada proses fermentasi tersebut. Aktivitas enzim dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana enzim pada yoghurt dapat memecah lemak dan protein (andriani, 2008).
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu dengan menggunakan Streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaricus sebagai starternya. Sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut dimungkinkan terjadinya degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan yoghurt. Degradasi laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengan sendirinya menurunkan potensi terjadinya intoleransi laktosa. Pada saat yang bersamaan, produksi asam laktat mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen penyebab berbagai penyakit terkait pangan. Saat ini, berbagai produk yoghurt dikembangkan dengan penambahan probiotik dan sering disebut bio – yoghurt (Indratiningsih, 2004).
Yoghurt dikenal memiliki peranan penting bagi kesehatan tubuh, di antaranya bermanfaat bagi penderita lactose intolerance yang merupakan gejala malabsorbsi laktosa yang banyak dialami oleh penduduk, khususnya anak-anak, di beberapa negara Asia dan Afrika. Yogurt juga mampu menurunkan kolesterol darah, menjaga kesehatan lambung dan mencegah kanker saluran pencernaan. Berbagai peranan tersebut terutama karena adanya bakteri yang digunakan dalam proses fermentasi yogurt (Andayani, 2007).
Tipe yoghurt dapat dibagi menjadi beberapa kategori, umurnnya berdasarkan kandungan lemak, metode pembuatan dan flavor. Yoghurt berdasarkan kandungan lemaknya dibedakan dalam tiga kategori yaitu: 1) yoghurt yang mengandung minimum 3,25oh lemak susu:2) yoghurt yang mengandung lemak susu 1-3,25Yo; dan 3) yoghurt rendah lemak yaitu bila mengandung lemak susu kurang dari l% (Tamime, 1990). Berdasarkan metode pembuatannya. tipe yoghurt dibagi menjadi set yoghurt dan stined yoghurt.
Susu yang akan difermentasi dipanaskan terlebih dulu dan pemanasan ini sangat bervariasi, baik dalam penggunaan susu maupun lama pemanasannya. Tapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menurunkan populasi mikroba dalam susu dan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan biakan yoghurt. Selain itu, pemanasan susu sebelum dibuat yoghurt juga bertujuan untuk mengurangi airnya, sehingga akan diperoleh yoghurt yang lebih padat.
Menurut Dewipadma (1978) bahwa mula-mula susu dipanaskan pada api yang kecil sampai volumenya menjadi 2/3 atau 1/2 dari volume semula, kemudian didinginkan sampai suhu 45 °C dan selanjutnya diinokulasi starter sebanyak 2 - 5 persen . Lalu diinkubasikan pada suhu 45 0C selama 4 – 6 jam, sampai keasaman mencapai 0,7 – 1,0 persen asam laktat .
Secara tradisional, yoghurt dibuat dari susu yang dipanaskan pada suhu tinggi selama beberapa waktu untuk menguapkan sebagian kandungan airnya sampai 1/3 bagian dari volume asal, namun sekarang proses penguapan dapat dilakukan pada suhu rendah dalam keadaan vakum.
Menurut Argandhina P. (2014) bahwa mutu yoghurt dapat dinilai dari beberapa parameter yang diantaranya yaitu pH, kekentalan, cita rasa, dan kesukaan. Nilai pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Nilai pH dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri asam laktat dalam proses fermentasi asam laktat dalam proses fermentasi yoghurt.
Kekentalan susu merupakan kontribusi dari keberadaan kasein atau misein dan globula lemak yang terdapat pada susu tersebut, selain itu ikatan diantara protein dan lemak dapat memberikan pengaruh terhadap kekentalan, perubahan kasein susu yang mempunyai sifat hidrophilik yang sama dengan jenis protein lain menyebabkan kekentalan meningkat (Sunarlim et al., 2007). Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat meningkatkan cita rasa dan meningkatkan keasaman atau menurunkan pH nya (Winarno, 2007).
BAB III
MATERI DAN METODE
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a.gelas ukur
k. Thermometer
b. tabung reaksi
l. corong
c. kapas
m. kompor
d. waterbath
n. Beaker glass
e. Laktodesimeter
o. pengaduk
f. erlenmeyer
p. panci
g. buret
q. Labu ukur
h. panci
r. Pipet tetes
i. pengaduk
s. Rak tabung
j. toples
2. Bahan
a. Susu Segar 0,5 liter
g. Susu skim 50 gr
b. alkohol 70% 5 ml
h. Yoghurt plan 3 sendok
c. phenopthaline 10 tetes
d. NaOH
e. methylene blue
f. Air
B. Cara Kerja
1. Pembuatan Yoghurt
Memanaskan susu pada suhu 900C .
Menambahkan susu skim
Mendinginkan hingga suhu 450C
Menginokulasi dengan streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaricus dengan perbandingan 1 : 1
Menuangkan dalam wadah / toples
Menginkubasi pada suhu 450C selama 4 – 6 jam atau pada suhu kamar selama 12 jam
yoghurt
2. Uji Kimia Susu
a. Uji Reduktase (MBRT)
Mengambil 10 ml Susu dan menambahkan 2 tetes methylene blue
Menghomogenkan
Menyimpan ke dalam waterbath selama 2 – 4 jam.
b. Uji Alkohol
Mengambil 5 ml susu dan manambahkan 5 ml alkohol
Menghomogenkan
Mengamati hasil
c. Uji Keasaman (Acidity Test)
Mengambil 9 ml susu dan menambahkan 10 tetes indikator PP (Phenopthaline)
Mentitrasi dengan NaOH hingga berwarna merah muda
3. Uji Fisik Susu
a. Uji BJ
Mengambil sampel susu 2/3 volume gelas ukur (60 ml)
Memasukkan alat laktodesimeter
Mengamati hasilnya
b. Uji Rebus
mengambil sampel 5 ml
merebus dalam air mendidih selama 5 menit
mengamati hasilnya
4. Uji Organoleptik
a. Warna, Bau, Rasa, dan Tekstur
menuangkan susu ke dalam gelas kimia lalu mengamati warna susu, melakukan penciuman susu
menuangkan susu ke tangan atau langsung ke mulut dan merasakan susu.
b. Kebersihan
mengambil susu 5 ml, 2 kali ulangan
menyaring susu diatas kapas
mengamati kebersihan pada kapas
BAB IV
HASIL dan Pembahasan
Uji Organoleptik Yoghrt :
Yoghurt Pabrik :
Warna
: Putih susu
Tekstur
: Kental
Rasa
: Asam sepat dan sedikit manis
Bau
: Aroma khas asam
Yoghurt hasil Praktikum :
Warna
: Putih Kekuningan
Tekstur
: Kental (Lebih encer)
Rasa
: asam, gurih susu
Bau
: Aroma Khas susu asam (seperti santan)
Hasil praktikum kelompok 2 :
Warna
: putih kecoklatan
Tekstur
: menggumpal/ kental
Rasa
: asam, asin
Bau
: keamisan
Hasil praktikum kelompok 3 :
Warna
: putih kekuningan
Tekstur
: cair, halus
Rasa
: hambar, tawar, sedikit asam
Hasil praktikum kelompok 4 :
Warna
: putih kekuningan
Tekstur
: lebih encer dan lembut
Rasa
: lebih asam
Bau
: alkohol sangat menyengat
Hasil dari Praktikum uji kualitas susu
1. Uji Kimia
a. Uji Reduktase (MBRT)
b. Uji Alkohol
Hasil dari uji alkohol yang dilakukan yaitu tidak terjadi penggumpalan di dinding tabung reaksi atau hasil uji negatif.
c. Uji Keasaman
hasil dari uji keasaman yaitu :
Asam Laktat
= V. NaOH x N (NaOH) x 90/1000 x 100%
V. Sampel
= 2,02 x 0,1 x 0,09 X 100%
9
= 0,202%
Starndar keasaman susu segar yaitu 0,18 – 0,24 %. Jadi keasaman susu masih normal.
2. Uji Fisik
a. Uji BJ
hasil dari uji BJ yaitu :
BJ
= 1 + skala/1000 + [(T-27,5) x 0,0002]
= 1 + 24/1000 + [(27 – 27,5) x 0,0002]
= 1 + 0,024 – 0,0001
= 1,0239
BJ susu maksimal yaitu 1,027 – 1,035. Jadi BJ susu masih normal
b. Uji Rebus
Hasil dari uji rebus yang dilakukan yaitu susu tidak menggumpal, tidak pecah, dan encer. Jadi susu baik untuk dikonsumsi.
3. Uji Organoleptik
a. Uji Warna
= putih kekuningan (warna susu)
Uji Bau
= bau khas susu sapi
Uji Rasa
= Gurih, Asin, Agak Manis
Uji Tekstur
= cair
b. Uji Kebersihan
hasil dari uji kebersihan yang dilakukan yaitu pada kapas tidak terdapat kotoran dengan nilai 8.
PEMBAHASAN
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu dengan menggunakan Streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaricus sebagai starternya. Sebagai akibat dari inokulasi kedua starter tersebut dimungkinkan terjadinya degradasi laktosa dan produksi asam laktat yang berakibat pada penurunan pH dan terbentuknya gumpalan yoghurt. Degradasi laktosa menjadi glukosa dan galaktosa dengan sendirinya menurunkan potensi terjadinya intoleransi laktosa. Pada saat yang bersamaan, produksi asam laktat mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen penyebab berbagai penyakit terkait pangan. Saat ini, berbagai produk yoghurt dikembangkan dengan penambahan probiotik dan sering disebut bio – yoghurt (Indratiningsih, 2004).
Pada saat memasukkan yoghurt plan suhu susu harus didinginkan terlebih dahulu dari suhu saat pemanasan susu yaitu 900C menjadi sekitar 450C – 550C. Hal ini sangat penting karena jika yoghurt plan dimasukkan pada saat suhu susu masih tinggi sekitar 900C, maka bakteri yang terkandung dalam yoghurt plan tersebut akan mati sehingga pembuatan yoghurt akan mengalami kegagalan.
Pemanasan bertujuan untuk mematikan semua mikroba patogen yang ada pada susu yang dapat menghambat bakteri starter. Disamping itu juga untuk menurunkan kandungan air pada susu sehingga akhirnya akan diperoleh yoghurt dengan konsistensi yang cukup padat.
Proses pendinginan bertujuan untuk memberi kan kondisi yang optimum bagi bakteri starter. Pendinginan dilakukan sampai suhu 450C - 550C. Setelah suhu tercapai, maka bakteri starter dapat ditambahkan.
Lactobacillus lebih berperan dalam pembentukan aroma, sedangkan stertococcus lebih berperan dalam pembentukan cita rasa. Komponen susu yang paling berperan dalam pembuatan yoghurt adalah laktosa dan kasein. Laktosa yang merupakan carbohydre susu digunakan sebagai sumber energi selama pertumbuhan biakan bakteri dan akan menghasilkan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dari hasil fermentasi laktosa menyebabkan keasaman susu meningkat atau pH menurun, kasein merupakan komponen terbanyak dalam susu yang sangat peka terhadap asam. Dalam kondisi keasaman yang rendah maka kasein menjadi tidak stabil sehingga kasein akan terokaqulasi membentuk padatan yang disebut yoghurt. Pada umumnya yoghurt yang baik memiliki total asam laktat 0,85% - sampai 0,95 % atau derajat keasaman 4 – 4,5.
Dari hasil praktikum yang dilakukan didapatkan yoghurt berwarna putih kekuningan, tekstur kental, rasa asam, gurih susu, dan memiliki bau khas susu asam. Menurut Argandhina P. (2014) bahwa mutu yoghurt dapat dinilai dari beberapa parameter yang diantaranya yaitu pH, kekentalan, cita rasa, dan kesukaan. Yoghurt yang baik memiliki ciri – ciri yaitu berwarna kekuningan dan berbau asam. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi dapat meningkatkan cita rasa dan meningkatkan keasaman atau menurunkan pH nya (Winarno, 2007).
Mutu susu dapat diidentifikasi dengan menggunakan berbagai metode uji seperti uji reduktase, uji alkohol, uji keasaman, uji berat jenis, uji rebus, uji warna, iju bau, uji rasa, uji tekstur, dan uji kebersihan.
Hasil uji reduktase yang dilakukan yaitu warna biru hilang dan menjadi warna putih. Menurut sudarwanto (2005) menyatakan bahwa beberapa jenis bakteri dapat melakukan fermentasi padda susu sehingga merubah laktosa menjadi asam laktat sehingga susu tersebut mengalami penggumpalan jika masih menyatu dan homogen maka susu tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi.
Hasil dari uji alkohol yang dilakukan yaitu tidak terjadi penggumpalan di dinding tabung reaksi atau hasil uji negatif. Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat kolodial protein susu tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir – butir protein terutama kasein. Terdapat pada penambahan 5 ml alkohol 70% ke dalam susu segar setelah dihomogenkan tidak adanya gumpalan susu berarti negatif atau kualitas susu baik untuk dikonsumsi (Sudarwanto, 2005).
Derajat keasaman susu bernilai 0,202%, berarti susu dalam keadaan baik. Menurut SNI (1998) bahwa susu segar umumnya mempunyai derajat keasaman sekitar 0,18% sampai 0,24 %, penentuan derajat keasaman dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi asam basa.
Dari hasil praktikum uji BJ yang dilakukan didapatkan BJ susu yaitu 1,0239. Menurut soeparno (2011) menyatakan bahwa variasi bobot spesifik susu yang baik yaitu berkisar antara 1, 027 sampai 1,035.
Dari uji rebus yang dilakukan yaitu susu tidak menggumpal, tidak pecah, dan encer. Sudarwanto (2005) menyatakan bahwa beberapa jenis bakteri dapat dilakukan fermentasi pada susu sehingga merubah laktosa menjadi asam laktat sehingga susu tersebut mengalami penggumpalan jika masih menyatu dan homogen maka susu tersebut baik dan layak untuk dikonsumsi.
Dari praktium yang dilakukan didapatkan bahwa warna susu yaitu putih kekuningan. Menurut maheswari (2004) bahwa warna susu yang normal adalah putih kekuningan. Warna putih disebabkan karena refleksi sinar matahari dengan adanya butiran – butiran lemak, protein, dan garam – garam di dalam susu. Warna kekuningan merupakan cerminan warna karoten dalam susu.
Hasil dari pengamatan dengan indra pembau didapatkan bau susu memiliki bau khas susu sapi. Menurut lukman (2009) bahwa susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam – asam lemak. Bau dapat mengalami perubahan dikarenakan adanya pertumbuhan mikroba dan bau dari sekeliling susu.
Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu susu berasa gurih, asin dan sedikit manis. Diyert (1997) menyatakan bahwa susu yang bagus dan layak dikonsumsi sedikit ada rasa manisnya selain untuk rasa juga dapat meningkatkan selera untuk minum susu.
Dari pengamatan yang dilakukan bahwa susu dalam keadaan bersih karena tidak terdapat kotoran pada permukaan kapas. Soeparno (2011) menyataan bahwa susu dalam keadaan bersih yaitu susu yang apabila dilakukan penyaringan tidak terdapat kotoran.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu dengan menggunakan Streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaricus sebagai starternya.
2. Pada saat memasukkan yoghurt plan suhu susu harus didinginkan terlebih dahulu dari suhu saat pemanasan susu yaitu 900C menjadi sekitar 450C – 550C. Hal ini sangat penting karena jika yoghurt plan dimasukkan pada saat suhu susu masih tinggi sekitar 900C, maka bakteri yang terkandung dalam yoghurt plan tersebut akan mati sehingga pembuatan yoghurt akan mengalami kegagalan.
3. uji kualitas susu segar dapat dilakukan dengan uji secara kimia, uji fisik, dan uji organoleptik.
4. uji secara kimia terdiri dari uji reduktase (MBRT), uji alkohol, dan uji keasaman.
5. uji secara fisik meliputi uji berat jenis dan uji rebus.
6. uji secara organoleptik meliputi uji warna, bau, rasa, tekstur, dan uji kebersihan.
B. Saran
Dalam kegiatan praktikum sebaiknya dilakukan secara hati – hati, fokus, dan sesuai dengan SOP yang berlaku. Karena kegagalan berawal dari ketidak hati – hatian.
Daftar pustaka
Andriani, Indrayati L., Tanuwiria U. H., Mayasari N. 2008. Aktivitas Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium Terhadap Kualitas Yoghurt dan Penghambatannya pada Helicobacter pylori. Jurnal Bionatura, Vol. 10, No. 2, Juli 2008 : 129 – 140.
Dwipadma J. K. 1978. Pekerjaan Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian IPB.
H. Maria. 2014. Pembuatan Yoghurt Menggunakan Starter Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus. Pembekalan Alumni 3 Desember 2014. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.
Indratiningsih, Widodo, Oktavia S. S. I., dan W. Endang. 2004. Produksi Yoghurt Shitake (Yoshitake) Sebagai Pangan Kesehatan Berbasis Susu. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol XV, No. 1, Th. 2004.
S. K. Dian, dkk. 2016. Pembuatan dan Aktivitas Anti Bakteri Yoghurt Hasil Fermentasi Tiga Bakteri (Lactobacillus Bulgaricus, Streptococcus Thermophilus, Lactobacillus Acidophilus). Jurnal Al – Kimia, Vol. 4, No. 2.
Lukman D. W,. Dkk. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor : FKH, IPB.
Maheswari RRA. 2004.