Selasa, 31 Juli 2018

pengujian sifat - sifat fisik kulit

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kulit merupakan pelindung tubuh bagi hewan bertingkat tinggi. Susunan kimia kulit segar terdiri dari air, protein, lemak, mineral, vitamin, karbohidrat dan enzim. Komposisi kulit berbedda – beda tergantung pada jenis, bangsa, umur, dan jenis kelamin.
Sifat – sifat fisik kulit adalah ketahanan kulit terhadap pengaruh luar, baik pengaruh mekanik maupun pengaruh lingkungan. Kekerasan dan kualitas kulit dipengarui oleh kadar lemak, air, protein fibrous dan protein globular dalam kulit. Kekuatan kulit terutama dipengaruhi oleh kadar protein dalam kulit.
Kandungan air dalam protein kolagen akan mempengaruhi pengerutan kulit. Perkamen nilai pengerutan pada kulit lebih kecil daripada kulit kering. Penyebab hal tersebut karena kulit perkamen serabutnya sudah banyak yang putus dan kadar protein kulit perkamen lebih rendah daripada kulit kering. Terputusnya serabut akan mempengaruhi kekuatan kulit, dalam hal ini adalah persentase kerut maksimal.
Tujuan
Tujuan dari pengujian sifat kulit ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik kulit, persentase kemuluran, persentase pengerutan, dan kekuatan sobek.

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit hewan merupakan bahan mentah kulit samak yang berupa tenunan dari tubuh hewan yang terbentuk dari sel – sel hidup serta hasil – hasilnya. Ditinjau dari segi histologi kulit hewan mamalia mempunyai struktur yang bersamaan yang terdiri dari 3 lapis yang jelas dalam struktur maupun asalnya (soeparno, 2001).
Komposisi kimia kulit berbeda – beda tergantung dari jenis bangsa, umur, dan jenis kelamin. Kulit terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan enzim. Komposisi kimia kulit segar terdiri dari air 64%, protein 33%, lemak 2%, mineral 0,5%, dan substansi lain 0,8%. Dari 33% protein yang terkandung didalam kulit terdiri dari 29% kolagen, 0,3% elastin, 0,2% keratin, 1% globulin dan albumin, 0,75% mucin dan mukoid (soeparno, 2001).
Sifat – sifat fisik kulit ialah ketahanan kulit terhadap pengaruh – pengaruh luar antara lain pengaruh mekanik, kelembaban, dan suhu luar. Kekerasan kulit dan kekuatannya dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrus, protein globuler, dan lemak yang ada dalam kulit.
Kekuatan tarik adalah besarnya beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit berukuran panjang 5 cm, lebar 1 cm serta kecepatan penarikan 25 m per menit hingga contoh kulit tersebut putus. Bentuk anyaman, kepadatan serabut kolagen, keutuhan serabut kolagen dan sudut anyaman ikut menentukan besarnya kekuatan tarik dan kemuluran (soeparno et al., 2001).
Kekuatan tarik kulit adalah daya kulit untuk menahan sejumlah beban persatuan luas penampang kulit sampai batas retak dan putus. Kuat tarik kulit adalah besarnya gaya maksimum yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus yangdiinyatakan dalam kg/cm2 dan newton/cm2.
Kekuatan tarik kulit dipengaruhi oleh kadar air, lemak, protein fibrous, protein globular, dan struktur jaringan (Nayudamma, 1975). Menurut Kanagy (1977), bahwa sudut jalianan dan kadar lemak berpengaruh negatif terhadap kekuatan tarik kulit. Makin besar sudut jalinan dan kadar lemak, maka kekuatan tarik akan turun. Protein fibrous dan tebal korium yang tinggi akan menghasilkan kuat tarik yang tinggi.
Persentase kemuluran adalah persentase pertambahan panjang sampai kulit yang ditarik hingga putus. Perhitungan besarnya kekuatan tarik dan kemuluran dudasarkan pada luas penampang contoh kulit, pertambahan panjang selama ditarik dan beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit sampai putus (Djojowidagdo, 1981).
Persen kemuluran adalah berapa pertambahan panjang contoh kulit yang ditarik hingga putus dinyatakan dalam persen. Perhitungan berapa besarnya kekuatan tarik dan persen kemuluran didasarkan atas macam spesies, luas penampang contoh kulit (cm2). Bertambahnya panjang dan beban yang dibutuhkan sampai contoh kulit putus (Nayudamma, 1978).
Susut kerut ialah suhu tertentu yang mengakibatkan contoh kulit mengalami pengerutan. Peningkatan dan penurunan suhu kerut tergantung dari kadar air, protein, elektrolit dan non elektrolit, derajad keasaman selama penguluran (Nayudamma, 1978). Banyaknya kadar air dalam molekul kolagen juga mempengaruhi tinggi rendahnya suhu kerut, kandungan air yang tinggi menyebabkan suhu kerut rendah, sebaliknya kandungan air rendah menyebabkan suhu kerut tinggi (Soeparno, 2001).
Faktor – faktor yang menentukan sifat fisik kulit yaitu komposisi kimia dan struktur jaringan kulit. Degradasi serabut – serabut kolagen akan menyebabkan mutu kulit rendah dan kekuatan kulit juga rendah. Kekuatan kulit ditentukan oleh ukuran serabut, banyaknya bekas serabut dan susunan berkas serabut kolagen, pada hewan muda berkass serabut kolagen massih longgar, sehingga kekuatan kulit rendah dan persentase kemulurannya tinggi. Semakin bertambah umur ternak maka susunan kolagennya semakin stabil, sehingga suhu kerut kulitnya semakin tinggi (Kanagy, 1977).
Kerut maksimal dinyatakan sebagai pengerutan kulit yang disebabkan oleh pemanasan dengan air mendidih selama 15 menit yang dinyatakan dalam persentase (Nayudamma, 1978).
Kandungan air dalam protein kolagen akan mempengaruhi pengerutan kulit. Pada kulit perkamen, nilai pengerutan lebih kecil dari kulit kering. Hal ini disebabkan karena pada kulit perkamen serabutnya sudah banyak yang putus dan kadar protein kulit perkamen lebih rendah dari kulit kering. Terputusnya serabut akan mempengaruhi kekuatan kulit yaitu persentase kerut maksimal (Nayudamma, 1978).
Serabut – serabut kolagen atau kulit mentah akan mengerut lebih kurang sepertiga atau seperempat dari panjang semula jika dipanaskan dalam medium air pada suhu tertentu. Suhu kerut tergantung dari besarnya ikatan silang yang terbentuk selama penyamakan. Pengerutan kulit selama pemanasan terjadi karena pelepasan ikatan hidrogen dari ikatannya dengan kolagen (Sumarno, 1995).

MATERI DAN METODE

1. Materi
Alat dan Bahan :
Kulit Kambing 4. Penggaris
Tearing Strength 5. Spidol
Gunting

2. Metode
a. Uji Kuat Tarik dan Kemuluran
Cuplikan dikondisikan pada suhu 250C dan RH 63% - 67% selama 24 jam.

Mengukur tebal cuplikan pada tiga tempat dengan alat ukur tebal kulit, mengambil ukuran tebal yang paling kecil dari ketiga ukuran tersebut yang dinyatakan sebagai tebal cuplikan.

Mengukur lebar cuplikan pada tiga tempat dengan jangka sorong, mengambil ukuran lebar yang terkecil dari ukuran tersebut dinyatakan sebagai lebar cuplikan.

Menyiapkan mesin penguji (tearing strength), memasang cuplikan pada penjepit dan menguatkannya dengan kunci pengeras yang tersedia. Jarum pada skala penunjuk beban dan skala kemuluran di atur pada angka nol.

Menajalankan mesin hingga cuplikan putus

Mengamati dan mencatat besarnya beban maksimum dan pertambahan panjang pada skala penunjuk.

b. Uji Kerut
Mengambil sampel ukuran 2 x 2 cm untuk direbus

Amati sampai sampel tidak mengalami perubahan. Artinya sampel kulit telah matang

PEMBAHASAN

  Dalam pengujian sifat – sifat fisik kulit meliputi kekuatan tarik, kemuluran, suhu kerut daa uji sobek diperoleh hasil yaitu kuat tarik 523 gram, kemuluran 18,18%, persentase pengerutan sebesar 9,75%, dan uji sobek diperoleh serat banyak dan panjang serta serat bagus.
Dalam pengukuran kekuatan tarik dan persentase kemuluran digunakan alat tearing strength. Pengukuran kekuatan tarik dengan diketahui beban untuk menarik tiap kulit berturut – turut adalah 223 gram, 323 gram, dan 523 gram.
Perhitungan persentase kemuluran dihitung berdasarkan pertambahan panjang atau kemuluran kulit dalam cm. Nilai persentase kemuluran diperoleh dengan membagi pertambahan panjang dengan panjang mula – mula dikali 100%. Menurut Anonimus (1985) bahwa kulit yang mempunyai kekuatan tarik tinggi selalu mempunyai persentase kemuluran rendah dan sebaliknya. Jadi kedua – duanya berbanding terbalik atau korelasinya negatif. Dari hasil praktikum diperoleh kekuatan tarik kulit rendah dan persentase kemuluran kulit rendah.
Dari hasil praktikum diperoleh persentase pengerutan 9,75%. Hal ini dipengaruhi oleh suhu perebusan kulit. Tinggi rendahnya suhu kerut dipengaruhi atau tergantung pada kadar protein kolagen. Selain itu kadar air yang tinggi akan menurunkan suhu kerut.
Pada uji kekuatan sobek di dapatkan hasil yaitu serat banyak dan panjang serta serat tinggi. Tinggi rendahnya kekuatan sobek tergantung dari kekuatan tarik kulit. Semakin tinggi kekuatan tarik kulit maka kekuatan sobek juga semakin tinggi.

KESIMPULAN
Sifat kulit hewan ternak dapat diketahui melalui uji kualitas kulit. Uji kualitas kulit meliputi uji kekuatan tarik, uji kemuluran, uji pengerutan, dan uji kekuatan sobek. Dari hasil praktikum didapatkan hasil yaitu uji kekuatan tarik sebesar 523 gram, uji pengerutan 18,18%, uji pengerutan 9,75%, dan uji kekuatan sobek menunjukkan bahwa serat banyak dan panjang serta serat tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1985. Standar Industri Indonesia. Yogyakarta : Departemen Perindustrian.
Djojowidagdo, S. B. Wikantandi dan Suparno. 1988. Pengaruh beberapa cara pengawetan kulit mentah terhadap kekuatan tarik dan kemuluran kulit samak jadi. Yogyakarta : Laporan Penelitian Lembaga Penelitian UGM.
Kanagy, J.H. 1977. Physical and Performance Properties of Leather. Capt 64 Vol IV. Pada : The Chemistry and Technology of Leather. F O’flaherty. W. Roddy and R. M. Lollar eds Robert E. Kregen Publishing Co, Houtington, New York.
Nayudamma, J. 1978. Shrinkage Phenomena. Kregen Publishing Co, Houtington, New York.
Soeparno, Indratiningsih, Suharjono Triatmojo, Rihastuti. 2001. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta : Jurusan Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan UGM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar